Ironisnya, populasi manusia di banyak negara yang memiliki Zona EDGE juga seringkali menghadapi kekurangan dalam hal pendidikan, kesehatan, dan standar hidup.
Akibatnya, masyarakat seringkali bergantung pada sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yang pada akhirnya merusak lingkungan.
Gumbs menjelaskan, "Kita sedang berada di tengah krisis keanekaragaman hayati yang parah. Sangat mengejutkan, namun masuk akal, bahwa 80% zona yang kami identifikasi berada di bawah tekanan berat akibat aktivitas manusia."
Dengan sumber daya yang terbatas, pemerintah di negara-negara ini sering kali dihadapkan pada pilihan sulit: memenuhi kebutuhan dasar warganya atau melindungi keanekaragaman hayati. Akibatnya, upaya konservasi sering kali terabaikan.
Pipins mengingatkan kita, "Mengingat pentingnya global keanekaragaman hayati di wilayah-wilayah ini, negara-negara kaya harus turut serta dalam memberikan dukungan finansial untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang menguntungkan baik manusia maupun alam."
Target global
Sayangnya, baru 20% dari Zona EDGE yang saat ini berada di bawah perlindungan. Padahal, wilayah-wilayah ini sangat krusial untuk menjaga kelangsungan hidup ribuan spesies unik.
Saat ini, dunia sedang berupaya mencapai target ambisius untuk melindungi 30% daratan dan lautan pada tahun 2030. Ini adalah komitmen global yang tertuang dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati.
Para peneliti yang mengidentifikasi Zona EDGE menyerukan agar kita memprioritaskan perlindungan area-area ini dalam mencapai target tersebut.
Gumbs menekankan pentingnya momen ini, "Dengan Konferensi Keanekaragaman Hayati COP16 yang semakin dekat, kita berharap para pemimpin dunia dapat meningkatkan komitmen dan dukungan mereka untuk melindungi Zona EDGE dan memulihkan alam yang kita semua andalkan."
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melindungi sebagian kecil dari total luas daratan, kita dapat menyelamatkan sebagian besar spesies unik di dunia. Ini adalah kabar baik yang memberikan harapan bagi upaya konservasi.
Para peneliti juga melihat potensi untuk menerapkan pendekatan Zona EDGE pada kelompok satwa lain, seperti tumbuhan dan ikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsep Zona EDGE dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam upaya konservasi secara global.
Peta jalan baru untuk konservasi
Penemuan Zona EDGE telah memberikan peta jalan baru bagi organisasi konservasi di seluruh dunia. Informasi berharga ini akan menjadi pedoman penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
Organisasi amal On the Edge akan memanfaatkan peta Zona EDGE untuk menentukan arah pemberian hibah konservasi mereka. Dengan kata lain, mereka akan lebih fokus memberikan dukungan kepada proyek-proyek konservasi yang berada di wilayah-wilayah yang telah diidentifikasi sebagai Zona EDGE.
Selain itu, On the Edge juga akan menggunakan data ini untuk merancang kampanye regional yang lebih efektif dan menyuarakan kisah-kisah inspiratif dari para penerima hibah mereka.
Program EDGE of Existence yang dikelola oleh Zoological Society of London (ZSL) juga akan mengintegrasikan data Zona EDGE ke dalam pengambilan keputusan mereka.
Program ini telah lama mendukung upaya konservasi untuk lebih dari 50 spesies EDGE, terutama di wilayah Dataran Gangetic dan Kamerun. Dengan adanya peta Zona EDGE, ZSL akan dapat mengalokasikan sumber daya mereka secara lebih strategis dan efektif.
KOMENTAR