Nationalgeographic.co.id—Sebuah penemuan mengejutkan dari para ilmuwan di Imperial College London, On the Edge, dan ZSL telah mengungkap rahasia untuk melindungi sebagian besar spesies unik dan terancam di dunia.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications ini menunjukkan bahwa dengan mengkonsentrasikan upaya konservasi pada area yang sangat spesifik, kita dapat mencapai hasil yang luar biasa.
Penelitian ini mengidentifikasi bahwa hanya 0,7% dari total luas daratan di Bumi menjadi rumah bagi sepertiga spesies tetrapoda (hewan bertulang belakang berkaki empat) yang paling unik dan terancam punah.
Hewan-hewan menakjubkan seperti aye-aye dari Madagaskar, burung sekretaris yang gagah, katak ungu dengan hidung unik, dan gharial dengan moncong panjang adalah beberapa contoh spesies yang sangat bergantung pada area-area ini.
Sebastian Pipins, salah satu peneliti utama, menjelaskan, "Penelitian kami menyoroti wilayah-wilayah di dunia yang menjadi perhatian segera."
"Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melindungi hanya sebagian kecil dari permukaan daratan Bumi, keuntungan besar dapat dicapai untuk pelestarian alam," tutur Pipins seperti dilansir dari laman sciencedaily.
Di ujung tanduk evolusi
Proyek penelitian ini telah mengidentifikasi area-area kritis di seluruh dunia yang menjadi rumah bagi spesies-spesies paling unik dan terancam punah. Area-area ini disebut sebagai Zona EDGE, singkatan dari Evolutionarily Distinct and Globally Endangered.
Apa yang membuat spesies EDGE begitu istimewa? Mereka adalah perwakilan dari cabang evolusi yang sangat unik, seringkali tidak memiliki kerabat dekat yang masih hidup.
Dengan kata lain, mereka adalah harta karun genetik yang tidak ternilai. Selain itu, spesies EDGE juga menghadapi ancaman kepunahan yang sangat tinggi.
Di sisi lain, ancaman global mencerminkan risiko kepunahan suatu spesies. Spesies yang memiliki skor tinggi pada kedua ukuran ini dikenal sebagai spesies EDGE, sementara area-area di mana spesies ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi disebut sebagai Zona EDGE.
Baca Juga: Peneliti Ingin Kirim Sel Spesies Terancam Punah ke Bulan, Persiapan Kiamat?
Kata-kata Pipins sangat tepat: "Sangat penting untuk tidak hanya mempertimbangkan keragaman spesies dalam upaya konservasi, tetapi juga sejarah evolusi keragaman, untuk memastikan bahwa cabang-cabang besar dan unik dari pohon kehidupan tidak hilang."
Peta harta karun keanekaragaman hayati
Para peneliti telah memetakan distribusi hampir 3.000 spesies EDGE, mengidentifikasi 25 Zona EDGE di seluruh dunia, di mana upaya konservasi akan memberikan dampak yang paling signifikan. Beberapa wilayah yang menonjol sebagai hotspot keanekaragaman hayati EDGE termasuk:
* Asia Tenggara dan dataran Indo-Gangetic
* Cekungan Amazon dan Hutan Atlantik
* Hispaniola, dataran tinggi Kamerun, dan pegunungan Eastern Arc di Afrika Timur
Penelitian ini menemukan bahwa Madagaskar merupakan juara dalam hal kepadatan spesies EDGE. Pulau ini memiliki area seluas kurang dari 100 kilometer persegi yang menampung jumlah spesies EDGE tertinggi di dunia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pulau ini bagi kelangsungan hidup banyak spesies unik.
Dr Rikki Gumbs dari program EDGE of Existence ZSL menekankan pentingnya peran negara dalam upaya konservasi. Beliau mengatakan, "Tiga perempat dari hewan paling unik di dunia hanya mampu menyebut satu negara sebagai rumah, yang berarti bahwa tindakan dari negara-negara individu akan sangat membantu melindungi spesies-spesies luar biasa ini dari kepunahan."
Area-area yang sangat luas di Asia Tenggara memiliki tingkat spesies EDGE yang lebih tinggi, yang menurut para peneliti mencerminkan bagaimana bencana keanekaragaman hayati yang mengintai di wilayah ini berdampak pada spesies yang sangat unik dan berjangkauan luas yang ditemukan di dalamnya.
Ancaman Manusia terhadap Surga Keanekaragaman Hayati
Di balik keindahan dan keunikan Zona EDGE, tersimpan ancaman serius yang berasal dari aktivitas manusia. Studi terbaru mengungkapkan bahwa sebagian besar wilayah ini menghadapi tekanan yang sangat tinggi akibat ulah manusia.
Baca Juga: SMART Patrol: Upaya Ramai-ramai Perlindungan Spesies Terancam
Ironisnya, populasi manusia di banyak negara yang memiliki Zona EDGE juga seringkali menghadapi kekurangan dalam hal pendidikan, kesehatan, dan standar hidup.
Akibatnya, masyarakat seringkali bergantung pada sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yang pada akhirnya merusak lingkungan.
Gumbs menjelaskan, "Kita sedang berada di tengah krisis keanekaragaman hayati yang parah. Sangat mengejutkan, namun masuk akal, bahwa 80% zona yang kami identifikasi berada di bawah tekanan berat akibat aktivitas manusia."
Dengan sumber daya yang terbatas, pemerintah di negara-negara ini sering kali dihadapkan pada pilihan sulit: memenuhi kebutuhan dasar warganya atau melindungi keanekaragaman hayati. Akibatnya, upaya konservasi sering kali terabaikan.
Pipins mengingatkan kita, "Mengingat pentingnya global keanekaragaman hayati di wilayah-wilayah ini, negara-negara kaya harus turut serta dalam memberikan dukungan finansial untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang menguntungkan baik manusia maupun alam."
Target global
Sayangnya, baru 20% dari Zona EDGE yang saat ini berada di bawah perlindungan. Padahal, wilayah-wilayah ini sangat krusial untuk menjaga kelangsungan hidup ribuan spesies unik.
Saat ini, dunia sedang berupaya mencapai target ambisius untuk melindungi 30% daratan dan lautan pada tahun 2030. Ini adalah komitmen global yang tertuang dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati.
Para peneliti yang mengidentifikasi Zona EDGE menyerukan agar kita memprioritaskan perlindungan area-area ini dalam mencapai target tersebut.
Gumbs menekankan pentingnya momen ini, "Dengan Konferensi Keanekaragaman Hayati COP16 yang semakin dekat, kita berharap para pemimpin dunia dapat meningkatkan komitmen dan dukungan mereka untuk melindungi Zona EDGE dan memulihkan alam yang kita semua andalkan."
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melindungi sebagian kecil dari total luas daratan, kita dapat menyelamatkan sebagian besar spesies unik di dunia. Ini adalah kabar baik yang memberikan harapan bagi upaya konservasi.
Para peneliti juga melihat potensi untuk menerapkan pendekatan Zona EDGE pada kelompok satwa lain, seperti tumbuhan dan ikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsep Zona EDGE dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam upaya konservasi secara global.
Peta jalan baru untuk konservasi
Penemuan Zona EDGE telah memberikan peta jalan baru bagi organisasi konservasi di seluruh dunia. Informasi berharga ini akan menjadi pedoman penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
Organisasi amal On the Edge akan memanfaatkan peta Zona EDGE untuk menentukan arah pemberian hibah konservasi mereka. Dengan kata lain, mereka akan lebih fokus memberikan dukungan kepada proyek-proyek konservasi yang berada di wilayah-wilayah yang telah diidentifikasi sebagai Zona EDGE.
Selain itu, On the Edge juga akan menggunakan data ini untuk merancang kampanye regional yang lebih efektif dan menyuarakan kisah-kisah inspiratif dari para penerima hibah mereka.
Program EDGE of Existence yang dikelola oleh Zoological Society of London (ZSL) juga akan mengintegrasikan data Zona EDGE ke dalam pengambilan keputusan mereka.
Program ini telah lama mendukung upaya konservasi untuk lebih dari 50 spesies EDGE, terutama di wilayah Dataran Gangetic dan Kamerun. Dengan adanya peta Zona EDGE, ZSL akan dapat mengalokasikan sumber daya mereka secara lebih strategis dan efektif.
KOMENTAR