Sejarah panjang eksploitasi hutan Norwegia
Sebuah publikasi peringatan ulang tahun NFI di Norwegia telah mengungkap sejarah panjang eksploitasi hutan di negara tersebut. Ternyata, masalah penggundulan hutan di Norwegia bukanlah hal baru. Laporan-laporan mengenai penebangan hutan secara berlebihan sudah ada sejak abad ke-16.
Pada masa itu, permintaan kayu sangat tinggi. Kayu tidak hanya digunakan sebagai bahan bangunan, tetapi juga sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan industri.
Di daerah pegunungan, kayu sangat dibutuhkan untuk memproduksi arang yang digunakan sebagai bahan bakar dalam industri pertambangan dan pengolahan logam seperti besi, tembaga, dan perak.
Selain penebangan, aktivitas penggembalaan hewan ternak di sekitar peternakan musim panas juga turut merusak hutan. Akibatnya, garis pohon di beberapa wilayah bahkan turun lebih rendah dibandingkan dengan kondisi saat ini.
Undang-undang pertama yang mengatur ekspor kayu dan pendirian pabrik gergaji diberlakukan pada abad ke-16. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah pada masa itu sudah menyadari pentingnya mengatur pemanfaatan hutan. Namun, permintaan yang tinggi terhadap kayu membuat peraturan tersebut sulit untuk sepenuhnya dijalankan.
Untuk menjaga kelestarian hutan dan memastikan pertumbuhan generasi baru pohon, suatu kebijakan bernama high-grading pernah diterapkan di Norwegia. Kebijakan ini melarang penebangan pohon dengan diameter di bawah ukuran tertentu. Tujuannya bagus, yakni untuk melindungi pohon-pohon muda agar bisa tumbuh besar.
Namun, dalam praktiknya, high-grading justru menimbulkan masalah lain. Karena permintaan kayu yang tinggi, para penebang seringkali memilih untuk menebang pohon-pohon yang tumbuh paling cepat. Pohon-pohon inilah yang biasanya memiliki diameter yang lebih besar dan lebih menguntungkan secara komersial.
Akibatnya, pohon-pohon yang tumbuh lebih lambat atau berdiameter lebih kecil justru tertinggal dan tidak sempat tumbuh besar. Hal ini menyebabkan pertumbuhan hutan secara keseluruhan menjadi lebih lambat.
Situasi ini semakin mengkhawatirkan ketika seorang ahli bernama Barth pada tahun 1916 mempublikasikan sebuah penelitian. Dalam penelitiannya, Barth memprediksi bahwa hutan di Norwegia akan mengalami penurunan jika kondisi penebangan terus berlanjut seperti itu.
Bahkan, ia memperkirakan bahwa tingkat penebangan pada saat itu sudah 29% lebih tinggi daripada kemampuan hutan untuk tumbuh kembali.
Baca Juga: Misi Pencarian Bomber Belanda Glenn Martin M-574 di Hutan Kalimantan
KOMENTAR