Pentingnya inventarisasi hutan ini menarik perhatian negara tetangga, Swedia. Pada tahun 1909, para ahli kehutanan dari Swedia dan Norwegia bertemu untuk membahas metode-metode inventarisasi hutan.
Para perwakilan dari Åmot pun ikut serta dalam pertemuan ini dan berbagi pengalaman mereka. Terinspirasi oleh keberhasilan Åmot, Swedia kemudian melakukan uji coba inventarisasi hutan di wilayah Värmland pada tahun 1911-1912.
Pada awal abad ke-20, lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan hutan negara, yaitu SFI (Statens skogsinventur), mulai menggunakan metode pengambilan sampel strip untuk menghitung jumlah dan jenis pohon di hutan-hutan milik negara. Metode ini dianggap lebih efektif dibandingkan metode sebelumnya.
Peran penting ahli statistik
Di sisi lain, Nicolay Rygg, seorang tokoh penting dalam bidang statistik di Norwegia, juga sangat tertarik untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan akurat tentang sumber daya hutan negaranya.
Setelah mempelajari metode inventarisasi yang digunakan oleh SFI dan juga mengikuti perkembangan di Swedia, Rygg melihat potensi besar untuk mengembangkan sebuah sistem inventarisasi hutan nasional yang lebih komprehensif.
Pada tahun 1915, Rygg bertemu dengan para ahli dari SFI dan bersama-sama mereka merancang sebuah rencana awal untuk membentuk sebuah lembaga yang khusus bertugas melakukan inventarisasi hutan di seluruh Norwegia. Rencana ini kemudian diajukan kepada Perdana Menteri Gunnar Knudsen dan mendapat sambutan yang sangat positif.
Mendapat dukungan dari pemerintah, rencana tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah proposal yang lengkap, termasuk anggaran yang dibutuhkan.
Setelah melalui proses perdebatan di parlemen, akhirnya pada tanggal 13 Juni 1917, diputuskan untuk membentuk sebuah lembaga pemerintah yang khusus bertugas melakukan inventarisasi hutan nasional. Lembaga inilah yang kemudian kita kenal sebagai NFI dengan nama "lokal" Norsk skogtakst.
Secara resmi, NFI yang kemudian dikenal sebagai sebuah sebuah program revolusioner baru didirikan Norwegia pada 1919. Selanjutnya, ini menjadi program inventarisasi hutan nasional tertua di dunia.
Hasil dari langkah-langkah jitu NFI
Dengan didirikannya NFI, Norwegia mulai memetakan seluruh sumber daya hutannya. Data yang dikumpulkan sangatlah detail, mulai dari jenis pohon, usia pohon, hingga kondisi tanah. Data ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk merencanakan langkah-langkah restorasi dan pengelolaan hutan yang lebih efektif.
Norwegia pun pada akhirnya berhasil melakukan pemulihan hutan-hutan mereka. Salah satu kunci keberhasilan NFI adalah mereka secara rutin, setiap lima tahun sekali, melakukan survei menyeluruh terhadap kondisi hutan di seluruh negeri.
Data yang diperoleh dari survei ini sangat berharga karena memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi hutan saat itu. Berkat data yang akurat ini, pemerintah dan para ahli kehutanan dapat merencanakan upaya restorasi dan pengelolaan hutan yang tepat sasaran.
Selain itu, Norwegia juga berhasil menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Meskipun penebangan kayu tetap dilakukan, namun kegiatan ini dilakukan secara terukur dan berkelanjutan.
Artinya, jumlah kayu yang ditebang tidak melebihi kemampuan hutan untuk tumbuh kembali. Dengan cara ini, hutan tetap terjaga kesehatannya sambil tetap memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Upaya reboisasi juga menjadi bagian penting dari strategi restorasi hutan di Norwegia. Negara ini gencar menanam pohon-pohon baru di lahan-lahan yang gundul. Selain itu, pertumbuhan pohon-pohon yang telah ditanam juga terus dipantau dengan ketat untuk memastikan bahwa upaya reboisasi ini berhasil.
Teknologi modern juga turut berperan dalam keberhasilan restorasi hutan di Norwegia. Penggunaan satelit dan drone memungkinkan para ahli kehutanan untuk memantau kondisi hutan secara lebih luas dan akurat. Dengan teknologi ini, kerusakan hutan dapat dideteksi lebih cepat sehingga tindakan perbaikan dapat segera dilakukan.
Hasil dari upaya restorasi hutan yang gigih ini sangat mengagumkan. Volume hutan di Norwegia telah meningkat secara signifikan dari hanya 300 juta meter kubik pada tahun 1920 menjadi hampir 1 miliar meter kubik saat ini. Lebih dari tiga kali lipat!
KOMENTAR