Hutan gambut merupakan hutan berawa dan terendam sebagai area hutan perawan murni yang belum terjamah aktivitas manusia. Hutan ini menjadi rumah bagi flora dan fauna endemik maupun yang terancam punah.
Gambut menjadi area penyimpanan karbon sebagai bentuk lapisan organik jenuh terendam air dan menjaga kestabilan air tanah. Juga, hutan primer yang menjadi penyumbang oksigen yang baik dan bersih untuk keberlangsungan hidup umat manusia.
Dasar dari hutan primer yang berada di Tanjung Kelayang Reserve dipengaruhi oleh lingkungan pesisir. Sebagian dasar tanahnya terdiri atas pasir dan kaolin sehingga akan memicu pertumbuhan pohon baru sebagai bentuk adaptasi dan perkembangan karena lapisan organik yang tipis.
Hutan primer juga menjadi rumah bagi tumbuhan dan satwa langka di Indonesia, baik jenis yang terancam punah maupun endemik. Salah satunya, jelarang atau tupai besar yang banyak ditemukan dikawasan hutan ini.
Unsur alam dalam arsitektur modern
Kami menyaksikan potensi sumber daya alam Belitong, sekitar Kawasan Tanjung Kelayang. Pohon renggadaian termasuk juga salah satu pohon yang biasa ditemukan di hutan gambut.
Sekitar 70 persen pembangunan Sheraton berasal dari kekayaan alam yang berada di Belitong. Tujuannya untuk mengurangi jejak karbon, mulai dari pemakaian granit murni untuk lantai, hingga langit-langit dan tiang–tiang yang memakai pohon renggadaian.
Ketika para nelayan menjemur ikan asin, mereka menggunakan kayu renggadaian sebagai tempat tatakan penjemur ikan. Kabarnya, kayu ini mampu bertahan selama 20 tahun.
Perbedaan granit tua dan muda pun dapat dilihat secara kasat mata, melalui ukuran besar dan kecilnya mineral megnetik. Semakin kecil artinya semakin muda granitnya dan sebaliknya.
Pembangunan Sheraton menunjukkan bukti kekayaan Pulau Belitong. Meja dan kursi dibuat dari kayu–kayu pohon ketapang yang hanyut di laut. Kayu-kayu itu terdampar di wilayah pesisir area Tanjung Kelayang Reserve sebagai kekayaan alam yang diberikan oleh laut sebagai warisan.
Kami melakukan field trip bersama ahli biologi asal Belitong, Akbar. Kami menyaksikan pakis purba bernama Psilotum nudum, yang sedang berbuah sorus (sporangia) berisi spora. Hanya batang, tanpa daun atau pucuk daun yang menggulung khas pakis. Pakis purba ini banyak tersebar di daerah ekuatorial dunia. Di Eropa statusnya terancam punah (berdasarkan IUCN Red List).
“Psilotum nudum, tumbuhan purba yang seakan berasal dari masa silam, tersebar luas di wilayah tropis, namun jejaknya yang paling mencolok tampak di ujung-ujung dunia yang jauh dari asalnya. Di Eropa, ia hadir seperti harta karun tersembunyi, hanya ditemukan di tiga subpopulasi kecil di selatan Spanyol, di Los Barrios dekat Cádiz. Bagaikan jiwa yang tersesat, populasi ini terisolasi, terpisah dari saudara-saudaranya oleh gurun yang luas dan lautan yang bergelora. Di seberang samudra, populasi terdekat berdiam di Kepulauan Cape Verde. Di Madeira, Psilotum nudum telah menjadi bagian dari alam, meski tempat yang ia tempati begitu kecil, hanya 0,01 kilometer persegi luasnya. Kehadirannya di benua Eropa adalah misteri yang mempesona, sebuah kisah tentang kesunyian dan kelangkaan yang hidup dalam keremangan wilayah-wilayah terpencil, menantang waktu dan ruang dengan keheningan yang megah.”
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR