Namun, Cacus tahu bahwa Hercules akan datang mencari ternak yang dicurinya itu. Maka ia berupaya menghilangkan jejak kaki yang mengarah ke guanya. Cacus pun menyeret ternak dengan ekornya untuk membalikkan jejak.
Sementara itu, ternak yang tersisa telah selesai merumput dan Hercules memindahkan mereka keluar dari padang rumput. Sang pahlawan mitologi Yunani itu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya. Pada saat inilah pencurian ternak oleh Cacus terungkap.
Sapi-sapi mulai melenguh sedih saat meninggalkan tempat itu. Mereka memenuhi seluruh hutan dan bukit dengan keluhannya. Kemudian, jauh di dalam gua, seekor sapi melenguh sebagai jawaban. Cacus telah menjaganya dengan baik, tetapi sapi itu menggagalkan harapannya.
Murka Hercules terasa hingga ke gua
Hercules yang marah mengejar Cacus. Cacus melarikan diri ketakutan kembali ke guanya dan menutup pintu masuknya dengan batu besar. Batu tersebut terbukti menjadi tantangan, bahkan bagi Hercules yang perkasa.
“Hercules sangat marah, mencoba setiap pendekatan, menoleh ke sana kemari dan menggertakkan giginya,” tambah Mingren. Tiga kali dia mengelilingi seluruh Gunung Aventine dalam kemarahannya. Tiga kali dia mencoba memaksa pintu batu besar tetapi tidak berhasil. Tiga kali dia duduk kelelahan di lembah.
Setelah gagal memindahkan batu dari pintu masuk, Hercules naik ke puncak gua, dan membuka atapnya. Tidak ada jalan keluar bagi Cacus. Pertempuran pun terjadi antara dia dan Hercules.
Cacus terperangkap di guanya dan melolong seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sementara Hercules membombardirnya dari atas dengan misil apa pun yang ada di tangannya. Hercules memukulnya dengan cabang-cabang pohon dan batu seukuran batu kilangan.
Tidak ada jalan keluar bagi Cacus sekarang. Ia memuntahkan asap tebal dari tenggorokannya yang mengerikan dan menggulungnya menjadi awan di sekitar sarangnya untuk menutupinya dari pandangan. Jauh di dalam guanya, Cacus mengeluarkan asap hitam seperti malam dan kegelapan ditembaki oleh api. Hercules sudah tidak sabar lagi. Dia menjatuhkan dirinya langsung ke bawah.
Hercules melompati api tempat asap menyembur paling tebal dan awan hitam mendidih di gua yang luas. Di sana, saat Cacus dengan sia-sia memuntahkan apinya dalam kegelapan, Hercules menangkapnya dan memegangnya.
Setelah membunuh Cacus, Hercules membuka gua dan membawa ternaknya keluar. Ia juga menyeret mayatnya ke tempat terbuka agar semua orang bisa melihatnya. Kematian Cacus dirayakan oleh penduduk setempat. Mereka pun menghormati Hercules sebagai pahlawan sejak saat itu.
“Sejak saat itu kami menghormati namanya dan generasi berikutnya merayakan hari ini dengan gembira. Altar ini didirikan di hutannya oleh Potitius, pendiri pertama ritual Hercules ini, dan oleh Pinarii, penjaga ritual tersebut. Kami akan selalu menyebutnya sebagai altar terbesar, dan akan selalu menjadi altar terbesar,” ungkap Avender.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR