Eos – tidak mengherankan, mengingat sifatnya yang penuh nafsu – dikatakan telah melahirkan beberapa anak dari berbagai kekasihnya. Sebagai istri Titan Astraeus, ia juga melahirkan Anemoi, atau empat dewa angin Zephyrus, Boreas, Notus, dan Eurus, yang muncul di banyak cerita dalam mitologi Yunani.
Garis-Garis dan Batas Kabur
Meskipun Hemera diceritakan beberapa kali dalam mitologi Yunani kuno, referensi-referensi ini cenderung mengering dan karakternya digantikan oleh Eos.
Pada periode-periode selanjutnya, baik Hemera dan Eos justru disebut secara bergantian untuk entitas yang sama. Seperti dalam Description of Greece karya Pausanias di mana ia menggambarkan stoa (serambi) kerajaan dengan gambar-gambar ubin Hemera yang membawa pergi Cephalus (salah satu kekasih Eos yang paling terkenal yang bernasib buruk).
Meskipun digambarkan sebagai dewi Fajar, Eos sering diceritakan sedang menunggangi langit sepanjang hari, seperti halnya Helios.
Hal ini, bersama dengan penggabungan nama-nama mereka dalam monumen dan puisi, menunjukkan gagasan bahwa Eos bukanlah entitas yang terpisah, tetapi mencerminkan semacam evolusi dari dewi awal yang agak hampa menjadi dewi fajar yang utuh dilengkapi dengan kepribadian yang kaya dan tempat yang lebih terhubung dalam jajaran dewa Yunani.
Jadi di manakah Eos berakhir dan Hemera dimulai? Mungkin tidak ada batas yang tegas – sama seperti “fajar” dan “siang” tidak memiliki batas yang tegas di antara keduanya, mungkin kedua dewi ini tidak dapat dipisahkan, dan secara alami merupakan semacam entitas campuran.
Fajar yang Terdahulu
Ironi di sini adalah bahwa Eos dalam praktiknya mungkin adalah dewi yang lebih tua karena namanya tampak terhubung dengan Ausos, dewi fajar proto-Indo-Eropa.
Dan Ausos dikatakan tinggal di atas lautan, di sebelah timur, sedangkan Eos (tidak seperti Hemera, yang tinggal di Tartarus) dikatakan tinggal di atau di luar Oceanus, sungai samudra besar yang diyakini orang Yunani mengelilingi dunia.
Variasi dewi ini muncul di zaman kuno sejauh utara Lithuania dan berhubungan dengan dewi fajar Usas dalam agama Hindu. Semua itu membuat kemungkinan bahwa dewi yang sama ini juga muncul dalam mitologi Yunani, dan Hemera awalnya merupakan upaya untuk mengubah citra dewi yang lebih tua ini.
Namun, tampaknya usaha ini tidak berhasil, dan identitas lama itu tak pelak muncul kembali untuk mengisi kekosongan Hemera dan menciptakan Eos.
Namun, salah satu ciri mitologis Ausos adalah bahwa ia tidak pernah mati dan selalu muda, memperbarui diri setiap hari. Oleh karena itu, mungkin tidak mengherankan bahwa dewi proto-Indo-Eropa kuno ini juga terlahir kembali dalam mitologi Yunani.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR