Nationalgeographic.co.id—Dalam mitologi Yunani, Hemera merupakan dewi personifikasi siang hari. Ia sering disandingkan sebagai lawan dewi Nyx, penggambaran malam hari.
Hemera dianggap sebagai putri Erebus (dewa kegelapan awal) dan Nyx (dewi malam awal), menjadikannya bagian dari jajaran dewa-dewi awal dalam kosmologi Yunani.
Seperti dewa-dewi lainnya dengan perannya masing-masing, Hemera juga mempunyai tugas penting di alam semesta ini, yakni untuk menghadirkan siang hari. Hemera harus memastikan transisi dari malam ke siang hari dengan sempurna.
Eksistensi dewi Hemera tidak begitu menonjol dalam mitologi Yunani, apalagi jika dibandingkan dengan dewa-dewi Olimpus. Namun, meski begitu ia memainkan peran penting dalam konsep keseluruhan siklus siang dan malam dalam alam pemikiran Yunani kuno.
Silsilah Hemera
Hemera tercatat berada di antara dewa-dewi Yunani paling awal, jauh sebelum keberadaan dewa-dewi Olimpus sebagaimana diungkap Morris H. Lary dalam "Hemera: The Greek Personification of Day" yang dimuat laman History Cooperative.
"Silsilahnya yang paling umum ditulis oleh Hesiod dalam Theogony sebagai putri dari dewi malam Nyx dan Erebus, sang kegelapan total," tulisnya.
Nyx dan Erebus sendiri merupakan anak-anak Chaos, dan termasuk golongan dewa-dewi awal yang ada bersama dengan Gaia melahirkan Uranus dan para Titan di kemudian hari.
Hal ini menjadikan Hemera sepupu Uranus, ayah para Titan sekaligus menjadikannya tokoh senior di antara dewa-dewi dalam mitologi Yunani.
"Selain dari Theogony, kita dapat menelusuri silsilah ini dari kisah perang Titanomachy yang menyebut Hemera – melalui saudaranya Aether (Langit Cerah, atau Udara Atas) – sebagai ibu Uranus, yang menjadikannya nenek para Titan."
Baca Juga: Erysichthon, Tokoh Mitologi Yunani yang Dikutuk Karena Merusak Alam
"Catatan lain menyebutkannya sebagai putri Cronus dan dalam beberapa kasus lainnya lagi sebagai putri dewa matahari Helios," jelasnya.
Akan tetapi, terlepas dari semua silsilah yang sudah terbentuk ini, Hemera hanya personifikasi belaka dan bukan karakter seperti dewa-dewi lainnya yang mempunyai sifat, penampilan, atau perilaku seperti manusia.
Hemera hanya sedikit berinteraksi dengan sesama dewa atau manusia, dan mitos-mitos Yunani hanya menyebutkannya sekilas, tanpa cerita yang lebih rinci seperti yang dibanggakan oleh dewa-dewi lain seperti Apollo atau Artemis.
Referensi paling substansialnya ditemukan dalam Theogony karya Hesiod, yang selain tempatnya dalam pohon keluarga dewa-dewi Yunani, memberi kita gambaran tentang kehidupannya.
Hemera tinggal sebuah rumah di Tartarus bersama ibunya, dewi malam, dan setiap pagi ia berangkat ke permukaan bumi, melewati ambang pintu perunggu dan pada malam hari, ia pulang melewati ibunya yang selalu pergi tepat saat ia tiba, membawa dewa tidur dan malam ke bumi.
Meskipun kuil-kuil pemujaan telah ditemukan di Yunani kuno, tidak ada yang mengarah atau ditujukan untuk Hemera, tidak ada bukti bahwa dia adalah objek yang dipuja secara (atau bahkan sesekali).
Hemera tampaknya menempati posisi yang lebih mirip dengan konsep modern tentang Father Time atau Lady Luck – nama-nama yang dikaitkan dengan sebuah ide tetapi tanpa sifat dan bentuk fisik layaknya manusia.
Dewi Siang Hemera dan Dewi Fajar Eos
Ada pula Eos, dewi fajar Yunani. Secara kasat mata, Eos merupakan entitas yang sepenuhnya terpisah dari Hemera dan tampaknya baru muncul belakangan dalam cerita-cerita Yunani.
Salah satu alasannya, Eos digambarkan sebagai putri Titan Hyperion, silsilah yang tidak pernah dikaitkan dengan Hemera (meskipun beberapa kejadian langka menyebut Hemera sebagai putri saudara Eos, Helios).
Meski demikian, ada beberapa kesamaan yang jelas antara kedua dewi tersebut. Dan meskipun keduanya mungkin dimaksudkan sebagai figur yang berbeda, jelas bahwa dalam praktiknya orang Yunani cenderung mencampuradukkan keduanya.
Baca Juga: Phocion, Tokoh Yunani Kuno yang Terpilih 45 Kali Menjadi Jenderal
Hal tersebut seharusnya tidak mengejutkan – Eos, seperti Hemera, dikatakan membawa cahaya ke dunia setiap pagi. Dikatakan bahwa dia bangun setiap pagi dengan mengendarai kereta perang dua kuda yang tidak jauh berbeda dengan saudaranya, Helios.
Dan meskipun kedatangan Hemera setiap pagi dari Tartarus lebih samar, ia memiliki kemiripan dengan peran Eos sebagai pembawa cahaya di awal hari.
Hal itu dengan jelas menunjukkan bahwa Hemera dan Eos memiliki peran yang sama (dan meskipun tidak ada penyebutan khusus tentang Hemera yang memiliki kereta perang, dia digambarkan sebagai "pengendara kuda" dalam beberapa likir puisi Yunani).
Eos juga disebut oleh penyair Lycophron sebagai "Tito," atau "siang." Dalam kasus lain, cerita yang sama mungkin menggunakan salah satu atau keduanya di bait yang berbeda untuk merujuk entitas yang sama.
Contoh lainnya bisa ditemukan dalam Odyssey, di mana Homer menggambarkan Eos menculik Orion, sementara penulis lain mengutip Hemera sebagai penculiknya.
Perbedaan Hemera dan Eos
Meski Hemera memiliki banyak persamaan dengan Eos, masih ada perbedaan mencolok antara kedua dewi tersebut. Hemera tidak memiliki banyak kepribadian dan tidak berinteraksi dengan manusia.
Di sisi lain, Eos digambarkan sebagai dewi yang sangat ingin berinteraksi dengan manusia. Dalam mitologi Yunani, Eos diceritakan sebagai sosok yang penuh nafsu – ia sering menculik pria yang membuatnya tergila-gila, mirip dengan cara-cara yang dilakukan banyak dewa (terutama Zeus ) yang gemar menculik dan merayu wanita. Tak hanya itu, Eos pendendam dan suka menyiksa laki-laki yang disanderanya.
Dalam satu kasus tertentu, ia menculik pahlawan Trojan Tithonus sebagai kekasih dan menjanjikannya kehidupan abadi. Namun, ia tidak menjanjikannya awet muda, sehingga Tithonus tetap menua dan tidak kunjung mati.
Kisah-kisah lain tentang Eos menceritakan bahwa ia jugasuka menghukum kekasih-kekasihnya, terkadang tanpa alasan yang jelas atau bahkan tanpa provokasi sama sekali.
Selain silsilah yang kurang umum yang menganggapnya sebagai ibu Uranus atau dewa laut Thalassa, Hemera jarang digambarkan memiliki anak.
Baca Juga: Sebelum Tercipta Cahaya, Kegelapan Total Semesta Itu Bernama 'Erebus'
Eos – tidak mengherankan, mengingat sifatnya yang penuh nafsu – dikatakan telah melahirkan beberapa anak dari berbagai kekasihnya. Sebagai istri Titan Astraeus, ia juga melahirkan Anemoi, atau empat dewa angin Zephyrus, Boreas, Notus, dan Eurus, yang muncul di banyak cerita dalam mitologi Yunani.
Garis-Garis dan Batas Kabur
Meskipun Hemera diceritakan beberapa kali dalam mitologi Yunani kuno, referensi-referensi ini cenderung mengering dan karakternya digantikan oleh Eos.
Pada periode-periode selanjutnya, baik Hemera dan Eos justru disebut secara bergantian untuk entitas yang sama. Seperti dalam Description of Greece karya Pausanias di mana ia menggambarkan stoa (serambi) kerajaan dengan gambar-gambar ubin Hemera yang membawa pergi Cephalus (salah satu kekasih Eos yang paling terkenal yang bernasib buruk).
Meskipun digambarkan sebagai dewi Fajar, Eos sering diceritakan sedang menunggangi langit sepanjang hari, seperti halnya Helios.
Hal ini, bersama dengan penggabungan nama-nama mereka dalam monumen dan puisi, menunjukkan gagasan bahwa Eos bukanlah entitas yang terpisah, tetapi mencerminkan semacam evolusi dari dewi awal yang agak hampa menjadi dewi fajar yang utuh dilengkapi dengan kepribadian yang kaya dan tempat yang lebih terhubung dalam jajaran dewa Yunani.
Jadi di manakah Eos berakhir dan Hemera dimulai? Mungkin tidak ada batas yang tegas – sama seperti “fajar” dan “siang” tidak memiliki batas yang tegas di antara keduanya, mungkin kedua dewi ini tidak dapat dipisahkan, dan secara alami merupakan semacam entitas campuran.
Fajar yang Terdahulu
Ironi di sini adalah bahwa Eos dalam praktiknya mungkin adalah dewi yang lebih tua karena namanya tampak terhubung dengan Ausos, dewi fajar proto-Indo-Eropa.
Dan Ausos dikatakan tinggal di atas lautan, di sebelah timur, sedangkan Eos (tidak seperti Hemera, yang tinggal di Tartarus) dikatakan tinggal di atau di luar Oceanus, sungai samudra besar yang diyakini orang Yunani mengelilingi dunia.
Variasi dewi ini muncul di zaman kuno sejauh utara Lithuania dan berhubungan dengan dewi fajar Usas dalam agama Hindu. Semua itu membuat kemungkinan bahwa dewi yang sama ini juga muncul dalam mitologi Yunani, dan Hemera awalnya merupakan upaya untuk mengubah citra dewi yang lebih tua ini.
Namun, tampaknya usaha ini tidak berhasil, dan identitas lama itu tak pelak muncul kembali untuk mengisi kekosongan Hemera dan menciptakan Eos.
Namun, salah satu ciri mitologis Ausos adalah bahwa ia tidak pernah mati dan selalu muda, memperbarui diri setiap hari. Oleh karena itu, mungkin tidak mengherankan bahwa dewi proto-Indo-Eropa kuno ini juga terlahir kembali dalam mitologi Yunani.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR