Nationalgeographic.co.id—Mimpi apa yang Anda ingat terakhir kali di waktu tidur? Umumnya, manusia dapat mengingat mimpinya dengan baik selama dua menit setelah terbangun dari tidur. Namun, setiap individu bisa berbeda dalam kemampuannya mengingat mimpi. Faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut ialah pola tidur dan aktivitas otak.
Ketika terlelap, Anda akan masuk ke dunia mimpi. Jadi sebenarnya apa itu mimpi?
Menurut Sigmund Freud dalam bukunya “The Interpretation of Dreams”, mimpi adalah gagasan dari sisi emosional yang tertekan. Artinya, mimpi merupakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan di kehidupan nyata sehingga terbawa ke alam bawah sadar di saat tertidur.
Mimpi terjadi di saat tubuh tertidur nyenyak. Setiap orang bisa bermimpi dua hingga enam kali dalam tidurnya. Tentu saja tidak semua mimpi dapat diingat.
Selama yang diketahui, ketika terlelap dan masuk ke alam bawah sadar, Anda tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan selama tidur bukan? Namun, pernahkah Anda mendengar bahwa mimpi dapat dikendalikan?
Mengendalikan mimpi
Kemampuan seseorang mengendalikan dan bertindak sesukanya di bawah alam sadar—mimpi—disebut lucid dream. Situasi ini tidak sama dengan mimpi biasa yang kita rasakan ketika tidur. Ketika mengalaminya, kita akan sadar sedang berada di alam mimpi.
Saat memperoleh kesadaran di bawah alam sadar, kita akan punya kendali penuh untuk melakukan segala tindakan tanpa mempengaruhi kehidupan nyata.
David T. Saunder, Chris A. Roe, Graham Smith, dan Helen Clegg mengungkap sebuah meta-analisis penelitian 50 tahun yang terbit di jurnal Consciousness and Cognition. Mereka menyatakan bahwa 55 persen individu yang mereka teliti mengalami setidaknya satu kali lucid dream dalam hidup mereka. Dengan sisa individu lainnya melaporkan bahwa mereka mengalaminya selama bulanan atau lebih sering.
Penelitian yang dilakukan oleh Stephen P. Laberge dan timnya dalam jurnal Perceptual and Motor Skills bertajuk “Lucid Dreaming Verified by Volitional Communication during Rem Sleep”, mengungkap individu yang mengalami lucid dream.
Laberge menuliskan, individu yang mengalami lucid dream melakukan perjalanan mimpi dengan melakukan pola gerakan mata tertentu selama tidur rapid eye movement (REM) atau tidur nyenyak. Ia dan timnya melakukan pengamatan dengan menggunakan teknologi elektrookulografi.
Baca Juga: Mengapa Kita Sering Tak Bisa Mengingat Mimpi? Ternyata Ini Alasannya
Rapid eye movement (REM) adalah salah satu fase tidur yang penting. Pada tahap ini, aktivitas otak paling aktif sehingga mimpi biasa atau bahkan lucid dream terjadi di fase ini.
Laberge dalam bukunya “Lucid Dreaming: A Concise Guide to Awakenin in Your Dreams and in Your Life” menuliskan bagaimana proses fase tidur REM bisa menghadirkan lucid dream.
Proses tidur biasa berlangsung selama 90 menit awal. Setelah itu, fase tidur biasa akan beralih menjadi fase tidur REM yang akan berlangsung selama tubuh masih terlelap.
Nah, di saat tubuh sudah mulai memasuki fase tidur REM, seseorang akan bertahap mengalami kesadaran di dalam mimpinya. Namun, bukankah di saat tidur dan bermimpi Anda sedang tidak sadar?
Tentu saja hal itu sangat memungkinkan. Karena pada fase REM, aktivitas otak sangat aktif sehingga Anda cenderung mengalami mimpi yang lebih hidup dan intens.
Kesadaran bahwa tubuh sedang di bawah alam sadar biasanya terjadi secara spontan, namun bisa dipicu dengan menggunakan reality checks. Misalnya, memeriksa jam atau mencubit lengan untuk memastikan bahwa kita berada di mimpi atau kenyataan.
Ketika sudah mencapai kesadaran tersebut, memungkinkan seseorang bisa mengontrol apapun yang diinginkan di dalam mimpinya. Bisa mengubah lokasi, berinteraksi dengan objek, orang atau bahkan memanipulasi hukum fisika seperti terbang.
Penelitian sudah membuktikan bahwa lucid dream benar-benar bisa terjadi pada seseorang. Matthew P. Walker, pakar Neuroimaging di Universitas California, mengatakan “Mimpi-mimpi itu memiliki narasi kuat yang mengalir di dalamnya. Mimpi itu bersifat halusinogen.”
Kenapa bisa terjadi seperti itu? Karena bagian otak yang terlibat dalam penalaran logis dan memori kerja menjadi tidak aktif, ketika tubuh seseorang berada pada fase tidur REM. Sementara area otak seperti pusat visual dan emosional yang aktif.
Matthew berpendapat ketika seseorang mengalami lucid dream, bagian otak korteks prefrontal lateral−yakni bagian otak yang mengatur logika dan pengambilan keputusan, bekerja sama aktifnya seperti saat kita terjaga. Artinya, di saat mengalami lucid dream, kita memiliki kemampuan untuk mengontrol jalan cerita mimpi, layaknya sutradara di dalam filmnya sendiri.
Lucid dream adalah bukti bahwa pikiran manusia jauh lebih kompleks dari yang kita bayangkan. Bayangkan memiliki kendali penuh atas dunia mimpi Anda sendiri. Lucid dream seakan menjadi pintu dunia fantasi alam sadar manusia. Bukan hanya sekadar memahami prosesnya, para ilmuwan juga meneliti manfaat lucid dream untuk mengatasi fobia atau kecemasan.
Jika penelitian menujukkan bahwa kita bisa mengontrol pikiran dan tindakan di dalam mimpi lewat lucid dream, mungkinkah kita bisa mengontrolnya di dunia nyata?
Penulis | : | Neza Puspita Sari Rusdi |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR