Nationalgeographic.co.id—Salah satu mitos yang paling bertahan lama dalam sejarah manusia adalah yang berkaitan dengan raksasa. Di hampir setiap peradaban dan budaya besar di dunia, ada kisah tentang raksasa kuno. Mereka digambarkan sangat besar dan kuat serta diyakini membangun banyak situs besar.
Sebagian besar mitos tentang raksasa tetaplah mitos. Selama beberapa generasi, para sarjana dan sejarawan mencoba mewujudkan mitos-mitos ini. Mereka berupaya menemukan beberapa bukti bahwa raksasa benar-benar ada.
Upaya mereka diselimuti teka-teki. Ada cerita tentang kerangka raksasa yang digali dan banyak legenda lisan yang menunjukkan keberadaan mereka. Namun, semuanya entah bagaimana, “secara misterius” menghilang, atau “disimpan” rapat-rapat.
Jadi, apa kebenarannya? Apakah raksasa benar-benar hidup dalam sejarah kuno?
Pencarian raksasa dalam sejarah manusia
Selama ribuan tahun, gagasan tentang makhluk kolosal dengan kekuatan dan perawakan yang sangat besar ini telah memukau masyarakat. Banyak orang dari seluruh penjuru dunia memiliki cerita rakyat dan mitos yang berpusat pada raksasa. Bahkan teks-teks keagamaan menyebutkan mereka secara luas.
Begitu banyak dokumentasi tentang raksasa sehingga diperlukan penyelidikan ilmiah. Apakah legenda-legenda ini hanya alegori belaka. Apakah mereka didasarkan pada fakta-fakta aktual dari suatu masa kuno dalam sejarah?
Untuk menjawab pertanyaan ini, para sarjana harus menelusuri tumpukan teks-teks kuno. Mereka juga harus menganalisa mitos dan pengetahuan budaya. Serta banyak temuan arkeologis yang semuanya menunjukkan keberadaan raksasa.
“Mungkin tempat terbaik untuk memulai pencarian adalah dengan memeriksa teks-teks kuno dan catatan-catatan keagamaan,” tulis Aleksa Vuckovic di laman Ancient Origins.
Banyak dari mereka secara khusus menyebutkan raksasa sebagai bagian aktual dari sejarah bersama kita. Salah satu penyebutan yang paling terkenal berasal dari Alkitab, yang menyebutkan makhluk-makhluk yang dikenal sebagai Nephilim.
“Pada waktu itu ada raksasa-raksasa (Nephilim) di bumi; dan juga setelah itu, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka, maka mereka menjadi orang-orang perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.” (Kejadian, 6:4)
Baca Juga: Misteri Raksasa Cerne Abbas dan Kaitannya dengan Mitologi Yunani
Ayat ini, dikombinasikan dengan referensi lain seperti yang ada dalam Kitab Henokh (teks Yahudi apokrif). Dalam kitab tersebut, disebutkan keberadaan makhluk-makhluk dengan ukuran dan kekuatan yang sangat besar pernah hidup di bumi.
Kitab ini membahas hal-hal lebih jauh, menggambarkan mereka sebagai keturunan malaikat tertentu yang turun ke bumi. Mereka kemudian kawin dengan wanita di bumi.
Keturunan yang dihasilkan adalah makhluk-makhluk dengan perawakan raksasa dan kekuatan besar. Konon keberadaannya saja telah menyebabkan kerusakan dan kekerasan di seluruh dunia. Keadaan ini akhirnya mendorong terjadinya banjir ilahi dalam Alkitab. Banjir menjadi cara untuk membersihkan bumi dan memulai yang baru.
Legenda raksasa di berbagai budaya dan peradaban
Peradaban Mesopotamia mewariskan kepada generasi mendatang “Epik Gilgamesh”. Epik Gilgamesh adalah salah satu karya sastra tertua yang masih ada di dunia.
Gilgamesh sendiri digambarkan sebagai raksasa dengan kekuatan luar biasa. Ia mungkin mengisyaratkan hubungan yang telah lama hilang dengan ras makhluk berukuran besar.
Selain itu, ada Mahabharata dan kitab suci Hindu lainnya menyebutkan makhluk berukuran raksasa. Di sana, raksasa memainkan peran penting dalam pertempuran kosmik. Raksasa-raksasa ini dikatakan memiliki kekuatan manusia super dan sering digambarkan sebagai penjaga rahasia atau harta karun yang kuat.
Namun, sangat penting untuk dicatat bahwa tema raksasa tidak terbatas pada satu budaya. Kisah raksasa bisa ditemukan di berbagai budaya dan peradaban.
Misalnya, dalam mitologi Yunani yang terkenal, ada Titan. Mereka adalah raksasa purba yang menguasai bumi sebelum kedatangan dewa-dewa “normal” dari Olympus.
Karena ukuran tubuh dan kekuatan yang besar, mereka adalah musuh yang sulit untuk ditumbangkan. Meskipun demikian, para dewa akhirnya mengalahkan mereka.
Dewa Olympus mengakhiri keberadaan raksasa dalam pertempuran klimaks yang dikenal sebagai Titanomachy. Kisah yang sangat mirip ada dalam mitologi Nordik Kuno, yang berbicara tentang Jotnar, ras raksasa yang tinggal di Jotunheim.
Seperti halnya para Titan, mereka juga terlibat dalam konflik sengit dengan para dewa manusia di Asgard. Namun, tidak semua dari mereka jahat, menurut mitos, dan banyak yang membentuk aliansi dan bahkan menikah dengan para dewa.
Di antara masyarakat Celtic, ada cerita tentang bangsa Fomoria, ras raksasa kuno yang merupakan musuh bebuyutan para permukim pertama Irlandia. Dalam mitos-mitos Irlandia, para raksasa ini akhirnya dikalahkan oleh Tuatha de Danann, ras makhluk yang lebih maju.
Mereka adalah para dewa Irlandia pra-Kristen. Keberadaan bangunan megalitik seperti Newgrange dan Stonehenge telah memicu spekulasi tentang apakah makhluk raksasa tersebut dapat berperan dalam pembangunannya.
Di antara penduduk asli Indian Amerika, ada juga cerita tentang raksasa. Suku asli Amerika Paiute memiliki sejarah lisan yang luas yang menceritakan tentang Si-Te-Cah.
Mereka adalah ras raksasa berambut merah yang mendiami daerah yang sekarang menjadi negara bagian Nevada. Setelah menetap di daerah tersebut, penduduk asli pertama berperang dengan para raksasa ini, yang merupakan kanibal.
Para raksasa Si-Te-Cah akhirnya menemui ajal mereka yang menyedihkan dalam perang ini. Jumlah mereka terus menyusut.
Ras raksasa akhirnya menghilang ketika Suku Paiute menjebak mereka yang terakhir di sebuah gua dan membakarnya, sehingga mereka kehabisan napas. Kisah ini semakin menarik dengan ditemukannya Gua Lovelock pada awal abad ke-20, tempat ditemukannya kerangka raksasa.
Penemuan itu membuat sebagian orang percaya bahwa legenda tersebut benar-benar berdasarkan kenyataan. Namun, kerangka tersebut secara misterius “menghilang” di bawah perawatan Museum Smithsonian.
Apakah sejarah raksasa sengaja disembunyikan?
Penemuan arkeologi sering menjadi bahan perdebatan sengit ketika membahas raksasa. Sepanjang abad ke-19 dan ke-20, ada banyak laporan tentang kerangka raksasa yang ditemukan di berbagai belahan dunia.
Surat kabar seperti New York Times menerbitkan artikel yang mengeklaim bahwa kerangka raksasa ditemukan selama penggalian di tempat-tempat. “Seperti di Wisconsin, Ohio, dan wilayah Appalachian,” tambah Vuckovic.
Beberapa laporan menyebutkan kerangka yang tingginya berkisar antara 2,1 hingga 3,6 m, lengkap dengan struktur tulang kokoh yang tampaknya menopang bentuk manusia sebesar itu. Faktanya, ada ratusan penemuan seperti itu di Amerika, banyak yang didokumentasikan dengan foto.
Namun, hampir semuanya didiskreditkan dan banyak yang diduga dihancurkan. Mengapa? Tidak seorang pun benar-benar tahu.
Para sejarawan dan kalangan akademisi meragukan keberadaan raksasa. Arkeolog modern biasanya mengaitkan klaim tentang penemuan bukti-bukti ras raksasa dengan kesalahan sederhana.
“Tulang hewan dan fosil kuno yang salah diidentifikasi, tipuan, dan pernyataan berlebihan yang sederhana,” ungkap Vuckovic.
Salah satu penemuan arkeologi yang paling penting yang sering dibahas tentang raksasa ditemukan di kota kuno Baalbek. Baalbek terletak di Lebanon modern. Ditemukan beberapa blok batu terbesar yang pernah digunakan dalam konstruksi, dengan yang terberat.
Dikenal sebagai “Batu Wanita Hamil”, batu itu berbobot lebih dari 1.000 ton. Sejarawan modern mengaitkan megalit ini dengan keahlian dan kemampuan canggih Kekaisaran Romawi.
Namun ada yang berpendapat bahwa itu adalah bukti ras raksasa kuno. Bahkan, mereka menyatakan bahwa hanya raksasa yang dapat mengukir, memindahkan, dan menyusun batu-batu tersebut. Sehingga pada akhirnya menciptakan banyak bangunan megalitik di seluruh Eropa.
Apakah ras raksasa benar-benar ada atau kesalahan dokumentasi belaka?
Ada beberapa cendekiawan yang berpendapat bahwa kisah-kisah kuno tentang makhluk raksasa hanyalah metafora dan bukan deskripsi sebenarnya tentang mereka. Dan dalam mitos kuno, raksasa melambangkan kekacauan, kekuatan purba, atau batas antara keteraturan dan ketidakteraturan.
Dengan demikian, kekalahan mereka di tangan dewa atau pahlawan manusia biasanya melambangkan kemenangan peradaban atas alam atau barbarisme. Serta kemenangan atas cara hidup yang sangat kuno.
Antropolog juga berpendapat dalam hal ini, dengan mengeklaim bahwa kisah-kisah kuno tentang raksasa dapat dihubungkan dengan fosil besar. Ketika masyarakat kuno menemukan, misalnya, tulang belulang mamut atau makhluk prasejarah, mereka akan menyamakannya dengan tulang manusia. Hanya saja jauh lebih besar. Tanpa menyadari sebaliknya, mereka akan membayangkan ras manusia raksasa.
Hipotesis ini didukung oleh sejarawan Yunani kuno Herodotus. Dalam menyebutkan dalam Histories, Herodotus menyatakan bahwa orang Mesir menunjuk pada tulang-tulang besar sebagai bukti ras raksasa.
Selain itu, interpretasi psikologis menganggap kisah-kisah raksasa sebagai ekspresi ketakutan dan keinginan manusia. Gagasan tentang makhluk yang lebih besar dari kehidupan mewujudkan kekuatan, intimidasi, dan hal yang tidak diketahui. Atribut-atribut ini mungkin telah dimasukkan ke dalam tradisi lisan sebagai kisah peringatan.
Raksasa juga digunakan sebagai penjelasan untuk fenomena alam yang sulit dipahami oleh orang-orang kuno. Contoh yang bagus adalah mitologi suku Aztec.
Mereka menyebutkan Quinametzin, para raksasa yang tinggal di dunia sebelum mereka. Menurut suku Aztec, para raksasalah yang menciptakan kota terpenting mereka, Teotihuacan.
Bila diterjemahkan, Teotihuacan berarti tempat manusia menjadi dewa. Namun karena para raksasa tidak memuja para dewa, mereka semua akhirnya dikalahkan.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR