* Mempelajari perilaku dari lingkungan
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan atau konflik, di mana orang dewasa menggunakan intimidasi sebagai cara untuk menyelesaikan masalah, cenderung meniru perilaku tersebut.
Mereka mungkin tidak memiliki model peran yang positif atau keterampilan sosial yang memadai untuk mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif.
* Pengalaman masa lalu yang menyakitkan
Beberapa pelaku perundungan pernah menjadi korban perundungan di masa lalu. Sebagai mekanisme pertahanan diri, mereka kemudian mengalihkan rasa sakit yang mereka alami kepada orang lain. Dengan menjadi pelaku perundungan, mereka merasa memiliki kekuatan untuk mencegah diri mereka sendiri dari menjadi korban lagi.
* Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian tertentu juga dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi pelaku perundungan. Individu dengan sifat narsistik, misalnya, seringkali memiliki kebutuhan yang kuat untuk diakui dan dikagumi.
"Mengendalikan dan mengintimidasi orang lain membantu mereka merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri dan menenangkan diri," ungkap Nittle.
Faktor-faktor yang memengaruhi perundungan
Penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan individu, seperti jenis kelamin, usia, dan perbedaan sosial, dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi korban atau pelaku perundungan.
Anak laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan yang berbeda dalam hal jenis perundungan yang mereka alami.
Baca Juga: Film Kisah Perundungan di Yogyakarta Akan Tayang di Toronto Kanada
KOMENTAR