Studi menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering menjadi sasaran perundungan fisik, seperti dipukul atau didorong, sedangkan anak perempuan lebih sering mengalami perundungan verbal atau tidak langsung, seperti penyebaran rumor atau pengucilan sosial.
Usia juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam konteks perundungan. Meskipun frekuensi perundungan cenderung menurun seiring bertambahnya usia, anak-anak yang lebih tua tetap rentan terhadap bentuk perundungan yang berbeda, terutama perundungan online yang semakin marak di era digital.
Perbedaan individu lainnya, seperti penampilan fisik, disabilitas, ras, etnis, agama, atau orientasi seksual, juga dapat membuat seseorang menjadi target perundungan. Individu yang dianggap berbeda dari kelompok mayoritas sering kali menjadi sasaran intimidasi dan pelecehan oleh teman sebaya.
Dampak perundungan pada korban, saksi, dan pelaku
Penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga anak pernah menjadi korban perundungan dalam sebulan terakhir. Perundungan tidak hanya berbahaya bagi target perilaku tersebut, tetapi juga berdampak negatif bagi para saksi dan pelaku perundungan itu sendiri.
* Pada orang yang mengalami perundungan
Target perundungan mungkin akan mengalami berbagai masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Mereka bisa mengalami perubahan pola makan dan tidur, merasa kesepian dan terisolasi, memiliki pikiran untuk bunuh diri, menarik diri dari aktivitas yang pernah mereka nikmati, serta sering absen dari sekolah hingga akhirnya putus sekolah.
Orang dewasa yang mengalami perundungan di tempat kerja mungkin semakin sering absen kerja. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental guna mengatasi emosi sulit yang muncul setelah mengalami perundungan.
* Pada orang yang menyaksikan perundungan
Para saksi perundungan juga merasakan dampak negatif. Anak muda yang menyaksikan perundungan berisiko lebih tinggi untuk menggunakan zat terlarang, tembakau, atau alkohol.
Baca Juga: Perundungan Jadikan John Gacy sebagai Pogo, si Badut Pembunuh
Sama seperti target perundungan, mereka mungkin akan memiliki lebih banyak ketidakhadiran di sekolah dan berpotensi mengembangkan masalah kesehatan mental, terutama kecemasan dan depresi.
Selain itu, saksi perundungan mungkin merasa bersalah atau malu karena tidak ikut campur. Di tempat kerja, menyaksikan perundungan dapat menurunkan moral dan meningkatkan tingkat pergantian karyawan.
* Pada pelaku perundungan
Para pelaku perundungan juga mengalami konsekuensi dari tindakan mereka. Mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk putus sekolah, lebih sering terlibat dalam perkelahian fisik, melakukan aktivitas seksual pada usia yang lebih muda, dan masuk ke dalam sistem peradilan pidana.
Sebagai orang dewasa, pelaku perundungan lebih mungkin melakukan kekerasan terhadap anak-anak dan pasangan mereka. Meskipun pelaku perundungan di tempat kerja mungkin dapat naik pangkat, mereka harus berurusan dengan moral yang rendah, produktivitas yang menurun, dan tingkat pergantian karyawan yang tinggi akibat perilaku mereka.
Mereka juga mungkin menghadapi investigasi tempat kerja, keluhan formal, dan tuntutan hukum terkait perilaku mereka.
Pelaku perundungan yang memiliki sedikit wawasan tentang perilaku mereka mungkin akan mendiskusikan penyebab di balik perundungan mereka dengan penyedia layanan kesehatan mental. Dalam terapi, mereka dapat mengeksplorasi asal-usul perilaku perundungan mereka dan dampaknya terhadap orang lain.
"Namun, jika sekolah, tempat kerja, dan anggota keluarga melindungi pelaku bullying, individu-individu ini mungkin tidak berpikir bahwa mereka membutuhkan bantuan," pungkas Nittle.
KOMENTAR