Nationalgeographic.co.id—Sebuah film Indonesia berjudul Budi Pekerti akan tayang perdana secara global (world premiere) di Toronto International Film Festival (TIFF) pada awal September 2023. Cerita film bergenre drama ini ditulis dan disutradarai oleh Wregas Bhanuteja, sutradara Indonesia pertama yang pernah meraih penghargaan di Cannes Film Festival, festival film internasional lainnya.
Wregas mengungkapkan film ini mengangkat kisah perundungan yang mengambil Yogyakarta sebagai latar tempatnya. "Budi Pekerti bercerita tentang seorang guru BK (bimbingan dan konseling) bernama Bu Prani yang terlibat suatu permasalahan perselisihan dengan seorang pengunjung pasar," ujar Wregas di acara Konferensi Pers Film Budi Pekerti di Jakarta pada Jumat, 4 Agustus 2023.
"Video kemarahannya viral di media sosial dan dia mendapat perundungan di publik, perundungan di media sosial, karena karakternya dianggap tidak layak memenuhi kriteria seorang guru. Dia dan keluarganya mendapat perundungan, dicari-cari kesalahan lainnya, sehingga dia pun terancam kehilangan pekerjaannya sebagai seorang guru," papar Wregas.
Wregas membuat cerita film ini sebagai respons atas banyaknya sosok di Indonesia yang kehidupannya menjadi viral setelah sebuah videonya tersebar ke dunia maya. Video yang menampilkan kelakukannya yang dianggap tidak baik.
"Videonya selama 15 detik ketika marah, ketika mengumpat, ketika dianggap berkelakuan tidak baik, mendapat bullying dari warganet. Kehidupannya terancam kehilangan pekerjaannya, sampai bahkan ada yang harus pindah rumah karena tetangga-tetangganya ikut mengecam dan merundung dia. Film ini adalah refleksi akan fenomena tersebut," ujar Wregas.
Wregas mengambil Kota Yogyakarta sebagai latar cerita film ini. Alasannya sederhana, karena dia telah mengenal baik kota ini dan masyarakatnya sejak dia lahir.
"Karena saya tumbuh besar di Jogja. Jadi ini lingkungan yang saya kenal sehari-hari semuanya. Dan juga ini sebagai suatu mass tribute untuk masa kecil saya dan orang-orang di sekitar saya di mana saya pernah tinggal," tutur sutradara peraih peraih Piala Citra 2021 untuk kategori Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik itu.
Meski berlatar di Yogyakarta, bukan berarti praktik perundungan merupakan bagian dari budaya Jawa ataupun budaya Yogyakarta. Praktik perundungan itu nyatanya merupakan fenomena sosial yang terjadi di mana-mana di Indonesia, termasuk di Kota Pelajar itu.
"Soal kultur budaya Jawa [dalam film ini] ada, tetapi justru sentralnya bukan di situ. Ini lebih universal, membicarakan soal Indoensia. Tidak spesifik ke budaya tertentu. Jogja hanya menjadi latar," ujar Wregas.
"Dan di sini saya pengen bilang bahwa fenomena seperti ini yang melatarbelakangi film Budi Pekerti tidak hanya terjadi di kota seperti Jakarta, tetapi di berbagai daerah, salah satunya ya di kampung halaman saya ini."
"Agar semakin banyak orang bisa relate, agar semakin banyak orang merasa dekat dengan film ini, maka setting Jogja saya pilih," kata sutradara muda kelahiran tahun 1992 itu.
Dalam acara konferensi pers ini, Wregas juga memperkenalkan para pemain utama film Budi Pekerti beserta karakternya masing-masing. Mereka adalah Sha Ine Febriyanti berperan sebagai Bu Prani; Angga Yunanda dan Prilly Latuconsina sebagai Muklas dan Tita, anak-anak Bu Prani; Dwi Sasono sebagai Pak Didit, suami Bu Prani; Omara Esteghlal sebagai Gora; dan Ari Lesmana sebagai Tunas.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR