Tak hanya itu, alih-alih Kutub Utara, Sinterklas Rusia secara resmi menjadikan rumahnya di sebuah perkebunan di kota Veliky Ustyug, Rusia.
Seperti pembawa hadiah dari Barat, Sinterklas Slavia mengalami banyak transformasi. Asal usul Ded Moroz, yang terkadang dikenal sebagai "Kakek Frost" atau "Bapa Frost", dapat ditelusuri ke mitologi Slavia yang mendahului agama Kristen.
Sementara itu, Tibi Puiu dalam Ded Moroz: The Story of the Soviet Santa Claus sebagaimana dimuat pada laman ZME Science, turut mengungkap bahwa menurut mitos-mitos tersebut, Frost atau Morozko dikenal sebagai setan salju, tapi juga "pahlawan dan pandai besi yang merantai air dengan es 'besinya,'" bagi yang lain.
Morozko bisa sangat kejam seperti yang diceritakan dalam cerita rakyat populer, ia akan menculik anak-anak, dan hanya mengembalikan mereka ketika orang tua mereka memberinya hadiah.
"Namun, seiring waktu, di bawah pengaruh Gereja Ortodoks dan sastra Rusia, Ded Moroz berubah menjadi sosok penyayang, alih-alih menculik anak-anak ia memberikan hadiah kepada anak-anak yang berperilaku baik pada Malam Tahun Baru," jelas Tibi.
Pada tahun 1917, setelah Revolusi Bolshevik, Ded Moroz dilarang keras karena dianggap sebagai dewa anak-anak dan terlalu "borjuis". Kedengarannya seperti agama dan di Uni Soviet yang baru berdiri tidak ada tempat untuknya.
Namun, dua dekade kemudian, Josef Stalin menghidupkan kembali karakter ini untuk menanamkan semangat kerja keras pada anak-anak Soviet.
Mantel merah Ded Moroz diubah menjadi biru agar tidak disalahartikan sebagai simbol kapitalisme seperti Sinterklas Barat.
Ded Moroz dibingkai sebagai pembawa hadiah yang hanya datang pada Malam Tahun Baru, karena merayakan Natal tidak diperbolehkan di Uni Soviet dan negara-negara Blok Soviet. Dan, tentu saja, Ded Moroz lebih ramping dan lebih jantan daripada Sinterklas.
"Ded Moroz versi Soviet menjadi sosok yang lebih serius dan gagah. Dia bukan hanya pembawa hadiah, tetapi juga simbol kerja keras dan loyalitas kepada negara," katanya.
Bahkan, dalam acara-acara anak-anak, ia sering memberikan ceramah tentang perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Komunis.
Baca Juga: Sejarah Pohon Natal: Tradisi Pagan Kuno hingga Ancaman Ekosistem
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR