Nationalgeographic.co.id—Sinterklas atau Santa Claus menjadi andalan pusat perbelanjaan pada bulan Desember. Konon hal ini didorong oleh nostalgia dan belanja di hari Natal.
Tetapi siapakah pria gemuk yang periang ini? Mengenakan setelan merah cerah, ia berjanji untuk memenuhi keinginan anak-anak. Dan mengapa kita selalu dapat mengharapkannya untuk mengunjungi pusat perbelanjaan di bulan Desember?
Sejarah singkat Sinterklas
Sejarawan Adam English, menghubungkan karakter “Santa Claus” dengan Santo Nikolas, uskup Yunani abad ke-4 di Myra. Nama Santa Claus berevolusi dari “Sinter Klaas”, dari Sint Nikolaas, bahasa Belanda untuk Santo Nikolas.
Lukisan Santa Claus atau Sinterklas paling awal yang diketahui adalah karya Robert Weir (1837). Weir menggambarkan Sinterklas sebagai peri, mengenakan jubah merah dan sepatu bot, keluar dari perapian. Kartunis Thomas Nast pada tahun 1866 membuat versi modern dari Sinterklas yang kita kenal sekarang, yaitu kurcaci gemuk mirip manusia, berjanggut putih, dan mengenakan setelan merah terang.
Asal-usul Sinterklas di pusat perbelanjaan
Para pengusaha mulai memanfaatkan menciptakan tradisi Sinterklas pada awal tahun 1800-an. Penggunaan Sinterklas paling awal untuk tujuan komersial, mungkin yang pertama, adalah pada selebaran sebuah toko perhiasan di New York. Sinterklas muncul di selebaran tersebut pada pertengahan tahun 1820-an.
Stephen Nissenbaum, dalam bukunya The Battle for Christmas, menyatakan bahwa gambar Sinterklas ini direproduksi dalam berbagai bentuk cetakan.
Kemudian pada 1841, seorang pemilik toko yang inovatif dari Philadelphia membuat model Sinterklas seukuran manusia. Tidak lama kemudian Sinterklas “hidup” mulai muncul di sudut-sudut jalan.
Pada 1891, Kapten Salvation Army Joseph McFee mulai mengumpulkan dana untuk menyediakan makan malam Natal gratis. Tak lama kemudian, para pengangguran dipekerjakan untuk mengenakan kostum Sinterklas. Sang Sinterklas membawa ketel merah dan lonceng yang berdenting di jalan-jalan New York untuk meminta sumbangan.
Pada waktu yang hampir bersamaan, beberapa toko mulai menggunakan Sinterklas “hidup” di etalase. Pada tahun 1910, kehadiran Sinterklas “hidup” menjadi persyaratan untuk setiap department store saat Natal.
Baca Juga: Kisah di Balik Kue-Kue Kering yang Disajikan setiap Hari Natal
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR