Saat Zhang Han bergerak ke timur untuk memulihkan kekuasaan Qin, Liu Bang bersekutu dengan Xiang Liang. Tidak lama setelah Xiang Liang terbunuh dalam pertempuran, Xiang Yu mengambil alih komando pasukan Chu. Mengambil inisiatif, ia bergerak ke utara dan mengamankan penyerahan diri Zhang Han dalam Pertempuran Julu pada 207 SM. Sementara itu, Dinasti Qin menyerah pada pertikaian internal. Saat itu, Liu Bang menerobos masuk ke wilayah inti Qin dan menduduki Xianyang pada musim dingin.
Sebuah pelarian yang nyaris sempurna
Pada tahun 206 SM, dua panglima perang Kekaisaran Tiongkok yang kuat berkumpul untuk berpesta di Gerbang Hongmen di Xianyang. Xianyang adalah ibu kota Dinasti Qin yang baru saja jatuh. Mereka adalah Xiang Yu, Adipati Lu, dan Liu Bang, Adipati Pei, yang pasukannya merupakan yang pertama menduduki Xianyang.
Meskipun keduanya bersekutu melawan Qin, pesta itu diadakan dalam suasana saling curiga. Xiang Yu, pemimpin koalisi, marah karena Liu Bang telah tiba di Xianyang sebelum dia. Penasihatnya, Fan Zeng, memperingatkan bahwa Liu berencana untuk memberontak terhadapnya. Namun Xiang Yu memilih untuk memperlakukan Liu dengan hormat dan mengundangnya untuk berpesta.
Sementara itu, Liu Bang telah menerima peringatan dari paman Xiang Yu, Xiang Bo, bahwa nyawanya dalam bahaya. Di pesta itu, Liu meminta maaf kepada Xiang Yu karena menjadi orang pertama yang tiba di ibu kota Qin. Namun Fan Zeng terus menatap Liu dengan curiga. Ia pun memerintahkan sepupu Xiang Yu, Xiang Zhuang, untuk melakukan tarian pedang. Saat menari, ia mencari kesempatan untuk membunuh Liu Bang.
Xiang Bo menyadari apa yang terjadi dan bergabung dalam tarian pedang, menempatkan tubuhnya di antara Xiang Zhuang dan Liu Bang. Adipati Pei menyadari bahwa dia dalam bahaya dan menyelinap pergi dengan dalih pergi ke kamar kecil. Ia pun meninggalkan ahli strateginya Zhang Liang untuk menyampaikan permintaan maafnya kepada Xiang Yu. Sepasang cakram giok diberikan sebagai hadiah.
Pertikaian Chu-Han
Setelah Pesta di Gerbang Hongmen, Xiang Yu menjarah Xiangyang dan membunuh Ziying, Raja Qin terakhir. Alih-alih mendirikan dinastinya sendiri, Xiang Yu lebih suka memecah belah dan memerintah. Xiang Yu pun mengangkat dirinya sebagai Raja Pelindung Chu dengan sejumlah raja bawahan di bawah kekuasaannya.
Liu Bang telah dijanjikan wilayah inti Qin di Guanzhong sebagai wilayah kekuasaannya. Meski demikian, wilayah itu malah dibagi antara tiga mantan jenderal Qin. Liu diberi wilayah Hanzhong di selatan pegunungan Qinling dan gelar raja Han. Marah dengan keputusan Xiang Yu, Liu bersiap untuk berperang melawan mantan sekutunya.
Pada musim panas tahun 206 SM, ia menyerbu Guanzhong dan dengan cepat mengamankan penyerahan tiga rajanya. Ia kemudian melancarkan serangan terhadap ibu kota Xiang Yu di Pengcheng pada bulan April 205. Saat itu, Raja Chu sedang pergi berperang. Meskipun pasukan Han sempat menduduki kota itu, Xiang Yu bergegas kembali ke Pengcheng dengan 30.000 pasukan elite. Ia pun mengalahkan Liu Bang, yang nyaris lolos dengan selamat.
Sementara itu, Han Xin (jenderal Liu Bang) berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah timur dan utara Tiongkok. Penaklukan itu memperkuat Han dengan mengorbankan Chu.
Pada Januari 202 SM, Han Xin, Liu Bang, dan pasukan Han ketiga berkumpul di Gaixia. Di Gaixia, pasukan Han yang bersatu mengalahkan Xiang Yu. Xiang Yu bertempur mati-matian, ia dilaporkan membunuh ratusan prajurit Han secara pribadi sebelum bunuh diri.
Peneliti BRIN dan Inggris Berkolaborasi Mengatasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR