Foto-foto tersebut diambil di dekat pulau Mo'orea, di Polinesia Prancis. Sweet Girl adalah paus bungkuk (Megaptera novaeangliae) – spesies yang berhenti di dekat pulau-pulau ini untuk beristirahat dan melahirkan, sebelum perjalanan panjang mereka ke Antarktika.
Awal tahun ini, para pemimpin adat berkumpul untuk memberikan status orang hukum kepada paus untuk melindungi mereka dengan lebih baik. Namun, ada lebih banyak seruan untuk perlindungan lebih lanjut karena popularitas wisata menonton paus.
Sayangnya, hanya empat hari setelah Moore mengambil foto tersebut, Sweet Girl tewas dalam tabrakan perahu.
“Tragisnya, Sweet Girl ditabrak dan tewas oleh kapal yang bergerak cepat, kemungkinan besar feri yang melintas antara Tahiti dan Mo'orea, hanya empat hari setelah pertemuan kami," kata Moore.
"Masih ada penyelidikan yang sedang berlangsung untuk mengidentifikasi kapal yang menabraknya, dan satu organisasi sedang mempertimbangkan untuk mengajukan tuntutan. Di Polinesia Prancis, paus telah diberi status hukum sebagai pribadi, yang membuat kasus ini menjadi lebih penting."
Sejak kematian Sweet Girl, sebuah petisi telah diluncurkan yang bertujuan untuk membuat pemerintah mengurangi kecepatan kapal di sekitar pulau-pulau tersebut.
Sebuah laporan oleh Komisi Perburuan Paus Internasional telah menyatakan bahwa tabrakan kapal merupakan masalah yang semakin meningkat bagi populasi paus. Sementara itu, The Guardian melaporkan bahwa “jumlah kapal di seluruh dunia meningkat empat kali lipat antara tahun 1992 dan 2012”.
Mengenai kematian paus, sangat sulit untuk diukur tetapi laporan menunjukkan rata-rata 20.000 kematian per tahun. Paus bungkuk dipisahkan menjadi beberapa subpopulasi oleh IUCN, yang mencantumkannya sebagai spesies "Terancam Punah" di berbagai wilayah.
Untuk paus seperti Sweet Girl, Moore berharap petisi tersebut dapat membawa undang-undang baru dan penegakan hukum yang lebih ketat.
“Di California, tidak ada undang-undang yang mengharuskan kapal untuk memperlambat laju di jalur pelayaran, tetapi rekomendasi yang kuat menyarankan kapal untuk melintas dengan kecepatan 10 knot atau kurang di zona migrasi dan makan paus," jelas Moore.
"Sebagian besar kapal mematuhi pedoman ini, dan banyak perusahaan pelayaran yang beroperasi di California juga beroperasi di sini. Harapannya adalah untuk mendorong perusahaan-perusahaan ini untuk mengadopsi pengurangan kecepatan serupa di Polinesia Prancis," lanjutnya lagi.
"Jika mereka dapat memperlambat kecepatan sejauh 200 mil [322 kilometer] di California, tentunya mereka dapat melakukan hal yang sama hanya sejauh 2 kilometer [1,2 mil] di sini," tegasnya.
"Dengan membuat perusahaan pelayaran besar dan kapal pesiar ini mematuhi rekomendasi ini, kami berharap dapat memberi tekanan pada pemerintah dan operator lokal untuk membuat perubahan yang langgeng.”
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR