Penemuan Dubois membuka jalan bagi penemuan serupa di berbagai belahan dunia. Antara penemuan pertama Dubois di Jawa dan Perang Dunia II, sejumlah fosil manusia prasejarah dengan kemiripan morfologis ditemukan.
Misalnya, mandibula Mauer di Jerman pada tahun 1907, fosil manusia Broken Hill di Rhodesia Utara (sekarang Zambia) pada tahun 1921, dan berbagai fosil manusia Peking di Zhoukoudian, Cina. Tengkorak dan tulang paha dari fosil-fosil ini menunjukkan kesamaan yang signifikan dengan Pithecanthropus erectus.
Untuk membedakan mereka dari manusia modern (Homo sapiens), berbagai nama taksonomi diberikan kepada fosil manusia Pleistosen tersebut: Homo heidelbergensis di Eropa, Homo rhodesiensis di Afrika, dan Sinanthropus pekinensis serta Pithecanthropus erectus di Asia.
Ernst Mayr, seorang ahli klasifikasi biologi, menyatakan bahwa dalam zoologi, taksonomi hanya membedakan hingga tingkat spesies, bukan genus. Dengan pandangan ini, semua nama taksonomi seperti Pithecanthropus erectus, Sinanthropus pekinensis, dan lainnya sebenarnya mencerminkan tahap yang sama dalam proses evolusi sebelum munculnya manusia modern, Homo sapiens.
Berdasarkan prinsip ini, Pithecanthropus erectus dimasukkan ke dalam genus Homo, sambil mempertahankan nama spesies aslinya sebagai Homo erectus.
Diperkirakan, Homo erectus pertama kali muncul di Afrika sekitar 1,8 juta tahun yang lalu sebelum bermigrasi ke berbagai wilayah, menjadikannya spesies pertama dari genus Homo yang meninggalkan Afrika.
Mereka menjelajahi daerah tropis hingga kawasan dengan iklim sedang, termasuk Pulau Jawa, yang menjadi titik persebaran geografis Homo erectus paling timur di dunia.
Migrasi ini diperkirakan terjadi selama Kala Pleistosen Bawah, ketika Homo erectus bergerak dari daratan Asia menuju Jawa. Kehidupan mereka kemungkinan berpusat di sekitar aliran sungai atau wilayah yang kaya akan sumber daya alam, seperti makanan dan air.
"Apakah Pithecanthropus atau Homo erectus benar-benar mencapai Pulau Jawa sekitar 1,65 juta tahun yang lalu? Secara teoritis, hal ini mungkin terjadi jika kita mempertimbangkan bahwa spesies ini muncul di Afrika sekitar 1,8 juta tahun yang lalu," kata Harry.
Pada masa itu, Paparan Sunda berfungsi sebagai jalur migrasi alami yang menghubungkan daratan Asia dengan Pulau Jawa. Selain itu, fosil hewan daratan, seperti buaya dan rusa telah ditemukan di lapisan breksi bawah di wilayah ini.
Namun, Sondaar (1981) berpendapat lain. Menurutnya, fauna pertama yang mencapai Jawa sekitar 1,5 juta tahun yang lalu adalah mamalia yang harus menyeberangi lautan. Oleh karena itu, keberadaan Homo erectus di Jawa pada periode tersebut dianggap mustahil.
Sebagian ilmuwan juga berpendapat bahwa penanggalan 1,65 juta tahun dari situs Sangiran hanya mencerminkan batas bawah lapisan Pucangan dan merupakan usia maksimum yang mungkin.
Dengan data ini, hominin pertama yang ditemukan di Formasi Pucangan diyakini memiliki usia kurang dari 1,65 juta tahun.
"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami jalur migrasi dan waktu kedatangan spesies ini di Jawa, termasuk korelasi dengan lapisan geologi dan fosil fauna lain yang ditemukan di wilayah tersebut," pungkasnya.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR