Pada 24 November 1890, di perbukitan vulkanik Kendeng, Kedungbrubus, Jawa Timur, Dubois menemukan fragmen mandibula hominin.
Penemuan ini menjadi penanda pertama Pithecanthropus, yang kemudian ia namai sebagai Pithecanthropus A. Analisis stratigrafi di situs tersebut mengungkapkan bahwa fragmen ini berasal dari endapan transisi antara laut Pliosen dan daratan Pleistosen. Lapisan breksi vulkanik yang berasal dari Gunung Pandan dan Gunung Wilis menunjukkan usia sekitar 1,9 juta tahun.
Pada tahun 1891, Dubois melanjutkan eksplorasi di dasar sungai Bengawan Solo, tepatnya di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Stratigrafi di Trinil menunjukkan kesamaan dengan Kedungbrubus, terdiri dari lapisan pasir fluvio-vulkanik yang telah membatu.
"J. Duyfjes, seorang ahli geologi Belanda, pada 1936 mengidentifikasi lapisan ini sebagai Formasi Kabuh, yang kemudian tertutup oleh endapan aluvial muda Bengawan Solo. Penemuan-penemuan ini memperkuat posisi Dubois dalam menjelaskan evolusi manusia, khususnya di Asia Tenggara," papar Harry.
Pada Agustus 1891, Dubois menemukan beberapa fosil penting di Trinil, termasuk sebuah gigi terisolasi dan tempurung kepala yang kemudian dikenal sebagai Trinil 2.
Fosil ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari Homo sapiens, seperti panjang anteroposterior yang lebih besar, morfologi tengkorak rendah dengan dahi yang sangat miring, penyempitan signifikan di belakang rongga mata, dan torus supraorbital yang menonjol. Volume otaknya sekitar 900 cc, berada di antara kisaran otak kera (600 cc) dan manusia modern (1200–1400 cc).
Setahun kemudian, pada Agustus 1892, Dubois menemukan tulang paha kiri yang hampir utuh, Trinil 3, hanya sekitar 15 meter dari lokasi penemuan tempurung kepala sebelumnya.
Tulang ini ditemukan pada kedalaman yang sama dan menunjukkan eksostosis atau pertumbuhan tulang abnormal pada bagian posteriornya, yang diduga bersifat patologis. Pada bulan Oktober di tahun yang sama, dua gigi terisolasi lagi ditemukan, yang juga diidentifikasi Dubois sebagai milik manusia.
Menurut Dubois, fosil-fosil ini kemungkinan berasal dari satu individu yang sisa-sisanya tersebar akibat proses alamiah. Makhluk ini, yang menunjukkan ciri campuran antara kera dan manusia, dinyatakan Dubois sebagai kandidat kuat "mata rantai yang hilang."
Dubois memberi nama fosil ini Pithecanthropus erectus, berdasarkan konsep Haeckel. Nama genus Pithecanthropus berarti "manusia-kera," sementara erectus mengacu pada kemampuan bipedal makhluk ini. Jauh setelah penemuannya, empat fragmen tulang paha tambahan ditemukan dalam koleksi Dubois dari Trinil, semakin memperkuat klaim ini.
Baca Juga: Apa yang Kita Harapkan Setelah 130 Tahun Penemuan Pithecantropus erectus?
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR