Banyak orang mengeluh tentang pajak yang mereka anggap tidak adil. Seorang imam pada masa itu bahkan menulis surat untuk mengeluhkan jumlah pajak yang harus ia bayar.
Dalam suratnya, ia menulis, "Anda harus pergi bersama pembawa standar Ptahemmaini dan melaporkan kepada Wazir tentang perak berlebih yang disuruh saya berikan oleh pengawal Iay, karena itu sama sekali bukan pajak yang seharusnya saya bayar."
Pembebasan pajak demi tujuan politis
Pada pertengahan milenium pertama Sebelum Masehi, ketidakpuasan rakyat Mesir terhadap sistem perpajakan semakin meningkat akibat penjajahan asing. Ketika Persia, lalu Makedonia, menguasai Mesir, mereka memperkenalkan mata uang logam dan mulai memungut pajak dari penduduk lokal.
Garcia berpendapat, "Penggunaan koin sebagai mata uang sangat memudahkan. Negara bisa mengumpulkan pajak dalam bentuk tunggal, bukan berbagai macam hasil bumi. Koin ini bisa langsung ditukar dengan apa pun yang dibutuhkan negara."
Namun, rakyat Mesir merasa keberatan membayar pajak kepada penguasa asing. Mereka juga mengeluhkan korupsi para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan.
Akibatnya, sekitar tahun 204 SM saat Ptolemy V naik tahta, rakyat Mesir memberontak melawan penjajah Makedonia. Untuk meredakan kemarahan rakyat, Raja Ptolemy V mencoba menyesuaikan tarif pajak untuk kelompok-kelompok berpengaruh, seperti para imam tinggi di kuil-kuil utama.
Selain itu, untuk menenangkan rakyat dan para imam yang berpengaruh, ia mengambil langkah berani: membebaskan pajak bagi kuil-kuil utama. Keputusan ini tercatat dalam sebuah prasasti terkenal yang ditemukan pada tahun 1799, yakni Batu Rosetta.
Batu Rosetta, yang kini menjadi salah satu penemuan arkeologi paling penting, berisi sebuah dekrit yang sama persis dalam tiga bahasa: Mesir Kuno (hieroglif dan demotik), serta Yunani Kuno.
Prasasti ini dikeluarkan pada tahun 196 SM, tepat di hari ulang tahun penobatan Ptolemy V, sebagai bentuk perayaan dan sekaligus propaganda.
Isi dekrit tersebut, meskipun terdengar sederhana, memiliki makna yang dalam. Ptolemy V digambarkan sebagai seorang pemimpin yang bijaksana yang memakmurkan rakyatnya dan menghormati para dewa. Pembebasan pajak bagi kuil-kuil menjadi salah satu poin penting yang diunggulkan.
Namun, menurut Edward Dolnick, penulis buku The Writing of the Gods, prasasti ini sebenarnya lebih mirip "poster propaganda" yang bertujuan untuk membenarkan kekuasaan Ptolemy V dan mendapatkan dukungan dari para imam.
"Ada banyak contoh penggunaan pembebasan pajak sebagai manuver politik di Mesir kuno," ujar Garcia. "Sepanjang sejarah, Firaun secara konsisten mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa individu atau kuil tertentu tidak perlu membayar pajak.
Orang kaya, tentu saja, dapat keringanan
Di Mesir Kuno, kuil-kuil yang didedikasikan untuk dewa-dewa tertentu ternyata bukan hanya tempat ibadah. Kuil-kuil ini juga berfungsi seperti perusahaan besar, mengumpulkan kekayaan dan sumber daya yang sangat melimpah.
Kekayaan ini kemudian menjadi sasaran pajak oleh negara. Namun, seiring berjalannya waktu, kuil-kuil besar ini sering kali mendapatkan pengecualian pajak karena alasan politik.
Keterkaitan antara sistem perpajakan di Mesir Kuno dan masyarakat modern sangatlah menarik. Sama seperti sekarang, orang kaya di Mesir Kuno sering kali mendapatkan keringanan pajak.
Pajak juga digunakan sebagai alat untuk mendapatkan dukungan politik. Korupsi pun merajalela, dan keluhan masyarakat tentang beban pajak bukanlah hal baru.
Wilkinson menjelaskan bahwa mempelajari peradaban kuno seperti Mesir sangat menarik karena kita dapat melihat pola-pola yang masih relevan hingga saat ini.
Kita menemukan bahwa teknik dasar pemerintahan yang dikembangkan ribuan tahun lalu masih digunakan oleh negara-negara modern. Meskipun kita hidup di era yang sangat berbeda, pada dasarnya cara pemerintah menjalankan kendali dan otoritas tidak jauh berbeda dengan masa lalu.
Wilkinson menyimpulkan, "Kita mungkin berpikir bahwa kita hidup di masyarakat yang sangat modern, tetapi dalam cara pemerintah menjalankan kendali dan otoritas, kita masih hidup di Zaman Perunggu."
KOMENTAR