Nationalgeographic.co.id—Sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Culture Heritage) United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), pinisi hadir bukan dalam wujud perahu.
Pinisi yang diakui UNESCO adalah pengetahuan tentang proses pembuatan perahu lengkap dengan berbagai budaya yang menyertainya. Dengan kata lain, pinisi bukanlah perahu, melainkan cara membuat perahu.
Pembuatan perahu tradisional sendiri memang unik, bahkan dikatakan menentang hukum logika teknologi maju. Dalam pembuatan perahu tradisional termasuk pinisi, dinding perahu yang lebih dahulu dibuat, baru kemudian dipasang rangkanya.
Hal inilah yang berbeda dengan prinsip dan logika teknologi maju (navaal arsitektur). Oleh karena dinding perahu yang lebih dahulu dibuat, maka bentuk dan style perahu ditentukan oleh dinding atau kulit perahu.
Pemasangan papan itu sendiri harus seimbang, setelah satu sisi dipasang, sisi lain juga harus ikut dipasang. Tujuannya agar tidak tinggi atau lebar sebelah.
“Teknik pemasangan papan inilah yang menjadi kunci keberhasilan orang Ara,” ucap Haji Abdul Wahab, salah seorang perajin perahu yang ditemui di Desa Ara, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
Terkait papan, orang Ara juga memiliki kemampuan khusus dalam membengkokkan kayu tanpa menggunakan alat. Bahkan, dahulu saat perahu-perahu masih berukuran kecil, proses pembengkokkan langsung dilakukan sesaat setelah pohon ditebang.
Oleh karena cara yang pemasangan yang tidak biasa, fungsi rangka pada pembuatan perahu tradisional hanya sebagai pengukuh/penguat dinding perahu.
Kepingan-kepingan papan dinding perahu dipasang sesuai penyambungan lunas dan diperkuat dengan pemasangan papan pangepek serta pemasangan sotting atau linggi.
Terkait cara membuat kapal ini, Horst Liebner, ahli maritim asal Jerman, menilai ada kekeliruan tentang anggapan bahwa perahu-perahu yang dibangun orang-orang di kawasan Bontobahari secara tradisional tidak dibangun "tanpa menggunakan gambar" atau "tanpa blue print".
Baca Juga: Kapal Pinisi Buatan Bonto Bahari
Dikaitkan dengan Mitos Ular Pelangi, Sungai Tertua di Dunia Ini Hanya Mengalir Beberapa Kali
KOMENTAR