Nationalgeographic.co.id—Beberapa pekan ini kita dikejutkan dengan berita tentang kebakaran di California dan Glodok. Selain kerugian material, kebakaran pun memakan korban jiwa.
Kebakaran perkotaan dialami manusia sejak awal peradaban. Dalam sejarah dunia, kebakaran perkotaan tidak meninggalkan apa pun kecuali kematian, kehancuran, dan keputusasaan.
Dari zaman kuno hingga sekarang, kebakaran perkotaan pun mendatangkan malapetaka di kota-kota. Bencana ini menyebabkan kehancuran dan kematian dalam skala besar. Baik disebabkan oleh percikan api yang disengaja atau tidak disengaja, kebakaran telah mengubah kota selamanya. “Terkadang bahkan mengubah jalannya sejarah manusia,” tulis Grey Beyer di laman The Collector.
Berhadapan dengan kebakaran telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak awal peradaban ketika kota-kota pertama dibangun. Meskipun telah mengalami kemajuan selama ribuan tahun, ancaman kebakaran masih selalu ada. Bahkan hingga kini.
Berikut beberapa kisah kebakaran perkotaan yang terjadi sepanjang sejarah dunia.
Kebakaran kuno dan Abad Pertengahan
Kebakaran perkotaan dapat menjadi bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh manusia. Di masa perang, kebakaran digunakan sebagai senjata ampuh untuk melawan warga sipil di daerah yang padat penduduk. Selama ribuan tahun, kekuatan penghancurnya digunakan untuk memenangkan konflik. Selain itu, juga untuk membuat pernyataan yang kuat tentang kemampuan dan niat.
Pada tahun 587 SM, orang Babilonia menghancurkan Yerusalem dengan membakarnya. Pada tahun 330 SM, Aleksander Agung membakar Persepolis hingga rata dengan tanah setelah merebutnya. Demikian pula, orang Romawi melakukan hal yang sama terhadap Kartago pada tahun 146 SM.
Tentu saja, perang bukanlah satu-satunya penyebab kebakaran. Kebakaran dimulai, dan masih sering terjadi, oleh kecelakaan yang tidak disengaja. Pada tahun 64 M, Kebakaran Besar Roma dimulai di toko-toko pedagang di sekitar stadion kereta perang. Bencana itu terjadi selama beberapa hari dan meninggalkan kerusakan besar setelahnya.
Selama ribuan tahun, sebelum munculnya listrik, api adalah sumber utama cahaya dan kehangatan. Sebagian besar bangunan terbuat dari bahan yang mudah terbakar seperti kayu dan jerami. Karena itu, bencana kebakaran selalu ada di sekitar kita.
Beberapa kota adalah contoh utama dan telah mengalami banyak kebakaran dalam sejarah mereka. London tentu saja merupakan kasus yang terkenal. Pada tahun 60 Masehi, Ratu Boudica membakar habis kota itu. Kerusakan yang ditimbulkan sangat parah hingga terdapat lapisan abu di lapisan geologi kota tersebut. Selama masa Saxon dan Norman, London juga mengalami kebakaran besar, terutama pada tahun 1133 dan sekali lagi pada tahun 1212.
Baca Juga: Alasan Kaisar Romawi Nero Membangun Domus Aurea setelah Kebakaran Roma
Kebakaran paling terkenal yang melanda London adalah Kebakaran Besar tahun 1666. Kebakaran ini dimulai di sebuah toko roti di Pudding Lane pada tanggal 2 September. Upaya untuk membuat sekat api, dalam bentuk menyingkirkan bangunan yang berada tepat di jalur api, tertunda. Pada saat tindakan tersebut dilakukan, angin kencang mengipasi api dan menggagalkan upaya awal untuk memadamkannya.
Meskipun terjadi kerusakan, jumlah korban tewas resmi dinyatakan “hanya” enam orang. Namun klaim tersebut ditentang oleh para sejarawan modern. Kebakaran perkotaan, tentu saja, dapat menyebabkan hilangnya banyak nyawa.
Hanya 6 tahun sebelum Kebakaran Besar London, kebakaran di Istanbul menghancurkan dua pertiga kota. Kebakaran Istanbul menewaskan sekitar 40.000 orang.
Pemadaman kebakaran di Roma Kuno
Memadamkan badai api adalah pekerjaan yang tidak mudah. Orang-orang di zaman kuno hingga era pra-modern memiliki cara-cara kreatif untuk mengatur dan menangani api. Brigade ember ada di mana-mana dalam upaya ini. Petugas pemadam kebakaran dan warga biasa membentuk barisan. Mereka saling mengoper ember, mengangkut air dari sumber ke api dan kemudian mengirim ember kembali ke sumbernya.
Sebelum adanya mobil pemadam kebakaran, brigade ember adalah pilihan yang tepat untuk memadamkan api. Efektivitas teknik ini sedemikian rupa sehingga masih digunakan hingga saat ini dalam berbagai konteks. Terutama ketika peralatan modern tidak tersedia.
Sekat api juga dibuat dengan menyingkirkan bangunan di jalur api. Sebelum buldoser ada, pembuatan sekat api harus dilakukan dengan tiang dan kait. Bangsa Romawi bahkan menggunakan peralatan pengepungan seperti ketapel dan ballista untuk melakukan pekerjaan itu. Untuk melawan api secara langsung, orang Romawi juga menggunakan kain perca yang direndam dalam air atau cuka. Kain itu kemudian digunakan untuk memadamkan api.
Penggunaan pompa juga merupakan bagian penting dari teknik pemadaman api Romawi. Mereka bahkan menggunakan kendaraan pemadam kebakaran yang ditarik kuda yang disebut sipho. Kendaraan tersebut berisi reservoir air dan pompa.
Semua teknik ini bukan sekadar pekerjaan warga biasa. Organisasi telah ada sejak zaman Republik Romawi. Pada awal abad ke-1 Masehi, atas perintah Augustus, para budak diorganisasikan ke dalam unit pemadam kebakaran yang disebut vigiles. Vigiles bertanggung jawab untuk memadamkan api dan mengoordinasikan upaya.
Memerangi Kebakaran di Abad Pertengahan
Teknik yang digunakan oleh bangsa Romawi diwarisi oleh seluruh Eropa dan berlanjut sepanjang Abad Pertengahan. Namun, Eropa bukanlah satu-satunya tempat yang membutuhkan teknik pemadaman kebakaran. Bagian dunia lain juga memiliki metode dan penemuan mereka sendiri.
Di Tiongkok, digunakan alat yang disebut jitong. Terbuat dari bambu, jitong pada dasarnya adalah pompa air genggam berukuran besar. Pompa ini dapat diisi dengan air, lalu operator dapat menyemprotkan air ke api dengan menekan salah satu ujung alat tersebut. Selama Dinasti Qing, Kaisar Kangxi mendirikan pemadam kebakaran pertama.
Mirip dengan jitong, alat pemadam kebakaran paling awal digunakan di Eropa dan disebut squirt. Jika terjadi kebakaran, seluruh masyarakat akan membantu regu pemadam kebakaran sukarela. Mereka kemudian mengangkut air melalui kereta dorong dan ember kulit. Sementara lonceng gereja membunyikan alarm dan memanggil orang-orang untuk bertindak.
Perubahan besar selama Revolusi Industri
Ledakan teknologi dan proses manufaktur menandai dimulainya era baru di Eropa. Peningkatan bahaya kebakaran yang sangat besar membuat perusahaan asuransi kebakaran pertama kali didirikan pada akhir abad ke-17.
Bahan yang mudah terbakar, banyaknya mesin, standar keselamatan yang buruk dan pekerja yang kelelahan merupakan kombinasi mematikan. Kombinasi itu meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran.
Yang perlu diperhatikan adalah bahaya yang ditimbulkan oleh pabrik kapas, yang dipenuhi dengan produk yang mudah terbakar. Mesin pemintalan yang diminyaki, ketel uap berbahan bakar batu bara, percikan api yang sering terjadi, dan popularitas rokok. Semua itu meningkatkan risiko terjadinya kebakaran.
Sementara beberapa kebakaran terbatas pada area kecil atau satu bangunan, kebakaran sering kali dapat berkobar di luar kendali. Pada akhirnya, merembet ke area lanskap perkotaan yang luas.
Bahkan ketika terbatas pada area yang relatif kecil, kebakaran perkotaan dapat sangat mematikan. Kebakaran Pabrik Triangle Shirtwaist di New York pada tahun 1911 merenggut nyawa 146 orang. “Kebakaran tersebut hanya terbatas pada tiga lantai dari satu bangunan,” ungkap Beyer.
8 Oktober 1871 merupakan hari yang sangat buruk untuk kebakaran di Amerika Serikat. Kebakaran Besar Chicago adalah kebakaran hebat di perkotaan yang menghancurkan 17.500 bangunan. Bencana itu menewaskan sekitar 300 orang dan membuat 100.000 orang kehilangan tempat tinggal. Pada hari yang sama, Wisconsin timur laut juga terbakar. Kebakaran hutan Peshtigo membakar 1.200.000 hektar dan menewaskan antara 1.500 dan 2.500 orang. Kota Holland, Manistee, dan Port Huron juga berjuang melawan kebakaran hebat pada hari yang sama. Kekeringan, cuaca kering, dan angin kencang semuanya berkontribusi terhadap kebakaran tersebut.
Meskipun peluang terjadinya kebakaran besar meningkat, Revolusi Industri juga membawa serta teknologi baru untuk membantu memadamkan api. Mobil pemadam kebakaran yang ditarik kuda memanfaatkan tenaga uap untuk memompa air.
Kuda kemudian digantikan dengan mesin bensin, sementara hidran kebakaran bermunculan di seluruh wilayah perkotaan. Hal ini memberikan petugas pemadam kebakaran akses langsung dan tak ternilai ke pasokan air kota.
Tentu saja, selama periode ini, tidak semua kebakaran terkait dengan praktik industri, juga bukan akibat kesalahan yang tidak disengaja. Pada tahun 1812, Rusia membakar Moskow untuk mencegah pasukan Napoleon mendapatkan tempat berlindung yang sangat dibutuhkan. Perang, seperti biasa, juga memainkan peran besar dalam sejarah kebakaran perkotaan pada abad berikutnya.
Faktor perubahan iklim menjadi perhatian utama. Tren menunjukkan bahwa peningkatan suhu akan meningkatkan risiko kebakaran hutan. Hal ini dapat dengan mudah menjadi kebakaran perkotaan jika tidak diatasi. Vegetasi yang lebih kering dan curah hujan yang lebih sedikit akan berkontribusi secara signifikan terhadap dinamika ini.
Namun, teknologi terus berkembang dan sangat membantu kemampuan untuk mengendalikan dan memberantas kebakaran. Material tahan api yang digunakan dalam industri bangunan dapat mengurangi penyebaran kebakaran di daerah perkotaan. Sementara teknologi pesawat nirawak sangat membantu dalam menemukan dan memerangi kebakaran. Kecerdasan buatan bahkan berperan dalam menilai potensi risiko dengan menganalisis sejumlah besar data.
Dunia terus mengalami perubahan dan peristiwa iklim juga mengubah arah sejarah manusia. Karena itu, risiko yang ditimbulkan oleh kebakaran perkotaan terus meningkat. Namun, manusia bersifat dinamis dan mudah beradaptasi. Dengan teknologi canggih, kita diharapkan mampu menghadapi tantangan yang membara di masa depan.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR