Nationalgeographic.co.id—Dengan jumlah produksi biofuel mencapai 174.000 barel setara minyak per hari (Barrel Oil Equivalent per Day/BOEPD), maka tidak heran Indonesia kini berada di peringkat ketiga dalam daftar negara penghasil biofuel terbesar di dunia.
Posisi Indonesia hanya kalah oleh Amerika Serikat dan Brazil yang masih-masing memproduksi 728.000 BOEPD dan 409.000 BOEPD. China yang berada di posisi keempat "baru" mampu menghasilkan 66.000 BOEPD.
Namun, meski sudah cukup tinggi, produksi dan penggunaan biofuel di Indonesia dianggap masih mampu ditingkatkan. Sebab, Indonesia diklaim memiliki sumber daya yang melimpah untuk pengembangan biofuel.
Salah satu di antara sumber daya yang dimaksud adalah buah simpalak atau yang lebih dikenal dengan nama buah bintaro. Seperti yang dilakukan oleh siswa Muh. Ashary N.S. dan Fairuz Zacky Sadewa dari SMA Negeri 21 Makassar.
Dengan tajuk Aksi Ecology Bui-Sumpfuel: Energi Terbarukan Berbahan Dasar Buah Simpalak, mereka mencoba untuk mengolah buah simpalak di sekitar mereka yang selama ini kerap diabaikan.
Perlu diketahui bahwa proyek mereka tersebut masuk ke dalam jajaran 25 finalis Toyota Eco Youth (TEY) ke-13. "Menyingkirkan" lebih dari 1.000 proposal lain yang sudah masuk dalam lomba yang digelar oleh Toyota Indonesia (PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia dan PT Toyota-Astra Motor) tersebut.
"Buah simpalak yang berjatuhan membuat area sekitar menjadi kotor dan jika membusuk akan menghasilkan gas metana (CH4) serta gas berbahaya lainnya," papar Ashary, Kamis (23/1/2025), dalam perhelatan genba TEY ke-13.
Untuk itulah, keduanya kemudian melakukan riset untuk menggali potensi dari buah simpalak. Hasilnya, mereka menemukan bahwa buah tersebut jarang sekali dimanfaatkan. Hanya segelintir yang menggunakannya sebagai racun tikus.
Hasil riset mereka juga menemukan bahwa buah simpalak sebenarnya bisa digunakan sebagai biofuel yang diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil.
Melihat karya para siswa dari SMA Negeri 21 Makassar, Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam, melihat apa yang mereka lakukan merupakan wujud kepedulian sera aksi nyata generasi muda terhadap lingkungan.
"Kami percaya bahwa dengan dukungan dan arahan yang tepat, ide-ide yang lahir dari TEY dapat memberikan kontribusi signifikan bagi upaya dekarbonisasi dan pelestarian lingkungan secara berkelanjutan," ujar Bob dalam kesempatan yang sama.
Lebih lanjut, Bob menyatakan bahwa melalui TEY, "Kami berupaya mendukung dan memfasilitasi langkah-langkah yang diambil oleh pelajar sebagai generasi muda dalam mewujudkan dekarbonisasi yang cerdas, inovatif, dan berkelanjutan di era transisi energi saat ini."
Baca Juga: Genba Toyota Eco Youth ke-13 di Pacitan: Demi Kelestarian dan Kebaikan Bumi
KOMENTAR