Para peneliti mengeklaim bahwa pendekatan inovatif ini, yang tidak memerlukan proses transportasi atau penyimpanan CO2, memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk ditingkatkan skalanya dibandingkan dengan perangkat bertenaga surya yang pernah ada sebelumnya.
Perangkat mutakhir ini, yang dikenal sebagai reaktor aliran bertenaga surya, menggunakan filter khusus yang bekerja seperti spons untuk menangkap CO2 dari udara pada malam hari.
Ketika matahari mulai bersinar, sinar matahari yang terkumpul akan memanaskan CO2 yang telah terperangkap, di mana radiasi inframerah diserap dan bubuk semikonduktor menyerap radiasi ultraviolet untuk memicu reaksi kimia yang mengubah CO2 menjadi syngas surya.
Untuk meningkatkan efisiensi proses ini, sebuah cermin pada reaktor memusatkan sinar matahari, memastikan hasil yang optimal.
Bahan bakar cair dan solusi skala besar
Saat ini, para peneliti sedang fokus untuk mengembangkan proses pengubahan syngas surya menjadi bahan bakar cair, yang nantinya dapat digunakan untuk menghidupkan berbagai kendaraan seperti mobil, pesawat, dan mesin lainnya, tanpa perlu menambah lebih banyak CO2 ke atmosfer.
"Jika kita berhasil mengembangkan perangkat ini dalam skala yang lebih besar, kita akan memiliki solusi untuk mengatasi dua masalah sekaligus: mengurangi jumlah CO2 di atmosfer dan menciptakan alternatif yang lebih bersih untuk bahan bakar fosil," ujar Kar.
"CO2 sering dianggap sebagai produk limbah yang berbahaya, namun sebenarnya, ia juga menyimpan potensi besar sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan."
Masa depan tanpa bahan bakar fosil, mungkinkah?
Para peneliti yang menjanjikan masa depan cerah bagi keberlanjutan energi. Mereka berfokus pada sektor kimia dan farmasi, di mana syngas, sebuah campuran gas yang dapat dihasilkan dari berbagai sumber, memiliki potensi besar untuk diubah menjadi beragam produk yang kita gunakan sehari-hari.
Menariknya, proses ini dapat dilakukan tanpa menambah beban emisi gas rumah kaca yang memperparah perubahan iklim.
Saat ini, para ilmuwan sedang dalam tahap pembangunan versi reaktor yang lebih besar. Mereka berharap untuk memulai serangkaian pengujian yang signifikan pada musim semi tahun 2025.
Jika pengujian ini berhasil dan teknologi ini dapat ditingkatkan, para peneliti yakin bahwa reaktor ini dapat digunakan secara terdesentralisasi. Ini berarti bahwa di masa depan, setiap individu berpotensi memiliki kemampuan untuk menghasilkan bahan bakar mereka sendiri.
Kemampuan ini akan sangat berharga terutama di daerah terpencil atau wilayah yang tidak terhubung ke jaringan listrik konvensional.
“Alih-alih terus menggali dan membakar bahan bakar fosil untuk menghasilkan produk yang telah kita andalkan, kita bisa mendapatkan semua CO2 yang kita butuhkan langsung dari udara dan menggunakannya kembali,” kata Reisner.
“Kita dapat membangun ekonomi sirkular dan berkelanjutan – jika kita memiliki kemauan politik untuk melakukannya.”
KOMENTAR