Penemuan tersebut mendorongnya untuk mempertanyakan seberapa luas fenomena ini terjadi di antara hewan-hewan lain, seperti yang dijelaskan oleh Martin, seorang rekan ahli biologi ikan dan asisten profesor di Universitas Nebraska–Lincoln.
Sparks memiliki akses ke berbagai spesimen burung di AMNH, dan penelusuran awal melalui koleksi ornitologi museum dengan cahaya biru mengonfirmasi kecurigaannya, yaitu adanya jejak fluoresen pada burung cenderawasih. Namun, penyelidikan ini mencapai tingkat yang lebih mendalam ketika Martin bergabung dengan museum pada tahun 2023 sebagai peneliti pascadoktoral.
Bersama dengan Sparks dan rekan penulis studi, Emily Carr, seorang mahasiswa doktoral di Richard Gilder Graduate School museum, Martin meninjau kembali spesimen burung cenderawasih yang tersimpan di laci-laci AMNH.
"Saya pada dasarnya mengambil senter biru berdaya tinggi dan senter UV dan menelusuri koleksi," kata Martin.
Saat melakukan pencarian, ia mengenakan kacamata khusus yang dirancang untuk menghalangi cahaya biru dan hanya menampilkan iluminasi yang dihasilkan oleh burung cenderawasih yang berfluoresensi.
Para ilmuwan kemudian membawa burung-burung tersebut ke ruangan yang gelap gulita, memotret mereka, dan mengukur emisi cahaya yang dihasilkan.
Hasilnya menunjukkan bahwa fluoresensi muncul di berbagai bagian tubuh, tergantung pada spesiesnya, seperti perut, dada, kepala, dan leher burung. Beberapa spesies memiliki bulu-bulu panjang yang bersinar, paruh yang berkilauan, atau menampilkan bintik-bintik berkilauan di dalam mulut mereka.
Martin menjelaskan, "Seringkali area fluoresen dibatasi oleh bulu-bulu berpigmen sangat gelap, yang kontras dengan fluoresensi itu. Banyak burung cenderawasih ini juga telah mengembangkan sesuatu yang disebut bulu ultra-hitam yang benar-benar menyerap banyak cahaya itu — yang menarik, karena kelompok burung cenderawasih yang tidak biofluoresen tidak memiliki bulu ultra-hitam itu."
Punya peran penting
Dari lebih dari 11.000 spesies burung yang diketahui, para ilmuwan telah mengidentifikasi beberapa kelompok yang menunjukkan kemampuan unik ini, termasuk auk, bustard, burung hantu, cabak malam, burung beo, penguin, dan puffin.
Meskipun penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan biofluoresensi pada kelompok-kelompok tersebut, fungsi biologis dari fenomena ini masih menjadi misteri.
Baca Juga: Pesona Lab Apung Kelas Internasional Whale Shark Center di Teluk Cenderawasih
KOMENTAR