Lagu ini memiliki melodi yang riang khas Natal dan pesan yang penuh harapan, namun liriknya justru mengandung kontradiksi yang tajam. Di balik kegembiraan melodi, terdapat lirik yang suram seperti "Lonceng Natal yang berdering di sana adalah dentang lonceng malapetaka," yang mengingatkan pendengar akan realitas penderitaan yang terjadi di Ethiopia.
4. "War"
Pada tahun 1970, Edwin Starr merilis sebuah lagu yang secara lantang memprotes Perang Vietnam berjudul "War." Lagu yang ditulis oleh Norman Whitfield dan Barrett Strong ini tidak hanya mengecam perang, tetapi juga menyerukan pentingnya harmoni dalam kehidupan sehari-hari.
"War" menjadi lagu Motown pertama yang secara eksplisit menyampaikan pesan politik melalui liriknya yang ikonik, "Perang. Apa gunanya? Sama sekali tidak ada!" Dengan pesan anti-perangnya yang kuat, lagu ini mencatatkan sejarah sebagai sebuah lagu kebangsaan bagi gerakan anti-perang.
5."Strange Fruit"
Jauh sebelum itu, pada tahun 1939, Billie Holiday telah menciptakan sebuah lagu protes yang relevansinya tetap terasa hingga kini, yaitu "Strange Fruit." Lirik lagu ini merupakan metafora yang kuat untuk menggambarkan kebrutalan dan rasisme dari praktik main hakim sendiri yang marak terjadi di wilayah Selatan Amerika Serikat terhadap warga kulit hitam.
"Strange Fruit" telah menjadi simbol yang abadi untuk menggambarkan rasisme, kekejaman, rasa sakit, dan penderitaan yang dialami oleh banyak orang di Amerika Serikat. Pengaruh lagu ini sangat besar hingga majalah Time menobatkannya sebagai lagu abad ini pada tahun 1999.
Lebih dari 70 tahun setelah dirilis, lagu ini terus menginspirasi dan bahkan rapper Kanye West menggunakan sampel lagu ini dalam album terbarunya, "Yeezus," menunjukkan bahwa pesan "Strange Fruit" tetap relevan dan kuat hingga generasi masa kini.
Tambahan
"Imagine," sebuah mahakarya abadi yang dirilis pada tahun 1971 oleh John Lennon, secara luas dianggap sebagai lagu khasnya dan merupakan judul lagu dari album keduanya.
Karya solo Lennon yang paling ikonik ini menyimpan pesan mendalam yang pernah diungkapkan oleh sang pencipta sendiri sebagai "anti-agama, anti-nasionalistik, anti-konvensional, anti-kapitalistik, tetapi karena dilapisi gula, lagu ini diterima."
Lagu ini adalah ungkapan kerinduan Lennon yang tulus akan perdamaian dan harmoni universal bagi seluruh umat manusia di dunia. Meskipun pesan lagu ini telah lama bergema di hati banyak orang, maknanya semakin dalam dan menyentuh setelah tragedi pembunuhan Lennon pada tahun 1980.
Namun, ironi kehidupan seorang multi-jutawan yang mengajak dunia untuk membayangkan kehidupan tanpa kepemilikan telah memicu kritik dan perdebatan di antara sebagian orang yang mempertanyakan kontradiksi dalam pesan lagu tersebut.
KOMENTAR