Mereka membandingkan hipotesis mereka dengan komposisi meteorit dari Mars, serta pengukuran yang dilakukan oleh beberapa penjelajah Mars selama bertahun-tahun.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ferrihidrit merupakan penjelasan yang masuk akal untuk besi teroksidasi di Mars. Mereka kemudian menggunakan penggiling kuat untuk menghancurkan berbagai mineral besi teroksidasi menjadi ukuran butiran yang setara dengan ukuran butiran debu di Mars.
Mereka juga menganalisis sampel yang dihasilkan menggunakan teknik yang sama yang telah digunakan untuk menganalisis debu Mars.
Kecocokan terbaik antara pengamatan di Mars dan sampel yang diambil dari tanah bukanlah hematit, tetapi ferrihidrit dengan rumus Fe5O8H · nH2O. Hal ini menunjukkan bahwa mineral tersebut pasti terbentuk saat Mars masih basah, lalu hancur dan tertiup angin, sehingga tetap mempertahankan ciri khas airnya.
Maka dari itu, kita mungkin harus mengubah pemahaman kita tentang sejarah geologi Mars. Adomas mengatakan, "Mars masih merupakan planet merah. Hanya saja pemahaman kita tentang mengapa Mars berwarna merah telah berubah."
Implikasi utamanya adalah karena ferrihidrit hanya dapat terbentuk saat air masih ada di permukaan, Mars berkarat lebih awal dari yang diduga sebelumnya. Selain itu, ferrihidrit tetap stabil dalam kondisi Mars saat ini.
Tentu saja, semua ini masih harus dikonfirmasi. Sampel Mars yang disimpan dalam tabung masih menunggu untuk dikumpulkan dan mungkin tidak akan lama lagi kita mengetahui kepastiannya.
Fisikawan Colin Wilson dari Badan Antariksa Eropa mengatakan bahwa begitu mereka membawa sampel tersebut ke laboratorium, mereka akan dapat mengukur dengan tepat berapa banyak ferrihidrit yang terkandung dalam debu tersebut dan apa artinya itu bagi pemahaman orang tentang sejarah air (dan kemungkinan adanya kehidupan) di Mars.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR