Karena gamet ini sulit dikumpulkan, jumlah sperma yang dilepaskan dan tingkat pembuahan selama perkawinan berturut-turut masih menjadi misteri.
Gamet adalah sel reproduksi atau sel kelamin yang digunakan untuk menghasilkan organisme baru.
Perkawinan 19 kali per hari
Dalam studi ilmiah baru ini, Kondo dan rekan-rekannya menggunakan metode yang dikembangkan sebelumnya untuk mengukur jumlah sperma medaka.
Sehari sebelum percobaan, jantan dan betina yang dipilih secara acak dari tangki pembiakan yang berbeda dimasukkan ke dalam tangki kaca terpisah.
Keesokan harinya, seekor jantan dan seekor betina dimasukkan ke dalam tangki bersama-sama. Perilaku mereka diamati sampai akhir perkawinan atau selama sekitar 20 menit jika perkawinan tidak terjadi.
Setelah itu, si jantan dikeluarkan dari tangki dan ditempatkan di tangki lain bersama betina baru. Tim mengulangi proses ini sampai si jantan gagal kawin dengan tiga betina berturut-turut.
Selain itu, telur-telur itu dikeluarkan dengan hati-hati dari perut betina setelah para peneliti menyendoknya kembali dan membawanya ke dalam cawan Petri untuk menilai tingkat pembuahan.
Mereka menemukan bahwa ikan medaka jantan dapat kawin rata-rata 19 kali sehari. Dalam tiga sesi perkawinan pertama, ikan medaka melepaskan lebih dari 50 persen dari produksi sperma harian mereka.
Tingkat pembuahan hampir 100 persen pada perkawinan awal, tetapi angka ini menurun secara signifikan setelah ke-10 kalinya. Dalam beberapa kasus selanjutnya, tidak ada pembuahan yang dikonfirmasi.
Sementara itu, ikan medaka betina dapat menghasilkan telur sekali sehari. Namun, mereka melepaskan semua telurnya saat kawin dan banyak telur akan terbuang sia-sia jika mereka kawin dengan ikan medaka jantan yang telah melepaskan sebagian besar spermanya.
Menurut tim, hasil ini menunjukkan bahwa ada biaya reproduksi yang besar bagi pejantan dan potensi konflik seksual karena terbatasnya ketersediaan sperma.
Namun, hal itu tidak mempertimbangkan kondisi dunia nyata yang dihadapi oleh medaka di alam liar.
Tim peneliti menulis bahwa eksperimen mereka tidak dimaksudkan untuk meniru kondisi alam. Eksperimen tersebut lebih untuk mengidentifikasi batas kapasitas kawin harian pejantan dan tingkat reproduksi potensial medaka dengan secara eksperimental menghilangkan faktor-faktor yang membatasi keberhasilan reproduksi mereka, seperti nutrisi yang terbatas dan ketersediaan pasangan.
Baca Juga: Barbodes klapanunggalensis, Ikan Tanpa Mata yang Ditemukan dalam Gua di Bogor
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR