"Kami mengetahui bahwa dampak besar biasa terjadi di tata surya awal dari pengamatan terhadap bulan," kata Tim Johnson, salah satu pemimpin studi dan profesor di School of Earth and Planetary Sciences Curtin University, dikutip dari Popular Science.
Sehingga, masuk akal jika kurangnya 'kawah purba' yang terdokumentasi di Bumi bukanlah hasil dari keberuntungan semata, melainkan sifat waktu.
Catatan dampak awal sangat sedikit karena erosi selama miliaran tahun, serta subduksi kerak permukaan ke mantel konveksi planet.
Namun, geologi Eon Arkean tidak sepenuhnya terhapus, sebagaimana dibuktikan oleh situs-situs seperti Terrane Pilbara Timur di Australia barat laut.
Pada tahun 2021, Johnson dan rekan-rekannya melakukan perjalanan ke EPT untuk melihat apa yang dapat mereka temukan.
Apa yang mereka temukan tampaknya merupakan kawah Eon Arkean pertama yang diketahui, dan dibuktikan oleh formasi yang dikenal sebagai kerucut pecah.
Area geologis yang menandakan ini hanya terbentuk dari tekanan kuat setelah meteorit menghantam Bumi. Dalam kasus ini, kerucut pecah menunjukkan peristiwa tumbukan besar.
Para peneliti percaya bahwa batu angkasa itu menghantam Bumi sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu saat melaju lebih dari 22.000 mph (mil/jam).
Kekuatan itu kemudian menghasilkan kawah selebar 62 mil yang melontarkan puing-puing ke atmosfer dan ke seluruh dunia.
Bukan hanya detail dampaknya saja yang penting. Menurut salah satu penulis utama studi Chris Kirkland, menganalisis sifat peristiwa meteorit Arkean pertama yang diketahui dapat membantu peneliti memperoleh wawasan yang lebih baik tentang evolusi benua dan sejarah perkembangan kehidupan di Bumi.
Chris mengatakan hal itu dapat menyempurnakan pemahaman kita tentang pembentukan kerak bumi.
Jumlah energi yang sangat besar dari tumbukan ini dapat berperan dalam pembentukan kerak Bumi purba dengan mendorong satu bagian kerak Bumi ke bawah bagian lain, atau dengan memaksa magma naik dari dalam mantel Bumi ke permukaan.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR