Tim tersebut juga mampu mengidentifikasi potensi pendorong utama kerusakan ini, yaitu resistensi insulin neuronal.
Hasilnya menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia otak kita, insulin memiliki efek yang berkurang pada neuron. Hal ini berarti lebih sedikit glukosa yang diambil sebagai energi, yang kemudian mulai merusak sinyal otak.
Gagasan bahwa metabolisme memengaruhi penuaan otak didukung oleh analisis genetik yang dilakukan oleh para peneliti.
Aktivitas yang terkait dengan protein penyerap glukosa GLUT4 dan protein pengangkut lemak APOE menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak.
Oleh karena itu, mengganti atau memperbaiki sumber energi bagi neuron dapat membantu memperlambat penuaan otak dan berpotensi memberi kita pilihan pengobatan lain untuk penyakit neurodegeneratif (APOE juga sangat terkait dengan Alzheimer di masa lalu).
Mujica-Parodi menambahkan pada usia paruh baya, neuron mengalami tekanan metabolik akibat kekurangan bahan bakar.
Untuk itu, menyediakan bahan bakar alternatif selama masa kritis ini dapat membantu memulihkan fungsi.
Namun, pada usia lanjut, kekurangan neuron dalam jangka panjang mungkin telah memicu serangkaian efek fisiologis lain yang membuat intervensi (penanganan) menjadi kurang efektif.
Para peneliti menguji hipotesis tersebut dengan sekelompok 101 individu yang diberi suplemen keton, yang tampaknya meningkatkan sensitivitas insulin dalam sel-sel otak dan menekan kerusakan metabolik.
Degradasi otak menjadi stabil setelah suplemen keton dikonsumsi, dengan manfaat terbesar muncul pada mereka yang berusia setengah baya (40 hingga 59 tahun dalam kasus ini).
Hal ini menunjukkan bahwa perawatan jenis ini dapat berhasil, tetapi waktu akan menjadi hal yang krusial.
Ahli saraf Botond Antal, dari Universitas Stony Brook, mengatakan bahwa penting untuk segera berpikir tentang pencegahan penuaan otak.
Jadi, daripada menunggu gejala kognitif, yang mungkin tidak muncul hingga kerusakan substansial terjadi, kita berpotensi mengidentifikasi orang yang berisiko melalui penanda neurometabolik dan melakukan intervensi selama kurun waktu kritis ini.
Baca Juga: Sains Jelaskan Hal-Hal Baik yang Terjadi pada Otak dan Tubuh saat Anda Jatuh Cinta
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR