Nationalgeographic.co.id—Saat seseorang memasuki lanjut usia atau lansia, fisik dan berbagai organ tubuh termasuk otak juga mengalami penuaan.
Fungsi otak mengalami penurunan secara perlahan. Biasanya, fungsi otak akan mulai menurun sejak usia 40 tahun karena berbagai alasan.
Penurunan otak sendiri adalah suatu kondisi yang ditandai dengan beberapa hal, seperti proses regenerasi saraf otak melambat, jumlah neurotransmitter (zat untuk membantu komunikasi antar sel di otak) berkurang, kadar hormon pada otak tidak seimbang, aliran darah menuju otak mulai berkurang, dan lainnya.
Kabar baiknya, penelitian ilmiah terbaru berhasil mengungkap kapan usia kritis saat sel-sel otak mulai menurun. Dengan demikian, diharapkan ada penanganan awal atau solusi yang dapat diambil untuk memperlambat penurunan fungsi otak tersebut.
Melansir Science Alert, para peneliti telah mengidentifikasi titik tertentu di usia paruh baya saat sel-sel otak kita menunjukkan tanda-tanda pertama mulai menurun.
Berdasarkan pemindaian dan pengujian otak pada 19.300 orang, usia paruh baya tersebut adalah rata-rata sekitar 44 tahun.
Di usia inilah degenerasi mulai terlihat, sebelum mencapai tingkat paling cepatnya pada usia 67 tahun. Pada saat kita mencapai usia 90 tahun, kecepatan penuaan otak mulai menurun.
Penelitian ilmiah yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Stony Brook di AS ini mengatakan temuan tersebut dapat membantu dalam mencari cara untuk meningkatkan kesehatan otak yang lebih baik pada tahap kehidupan selanjutnya.
Ahli saraf Universitas Stony Brook, Lilianne Mujica-Parodi, mengatakan memahami dengan tepat kapan dan bagaimana penuaan otak terjadi lebih cepat memberi kita titik waktu yang strategis untuk melakukan penanganan.
Para peneliti telah mengidentifikasi masa kritis di pertengahan kehidupan saat otak mulai mengalami penurunan akses ke energi, tetapi sebelum terjadi kerusakan yang tidak dapat dipulihkan.
Baca Juga: Temuan Ilmiah: Abaikan Ponsel Pintar Selama 3 Hari dapat Ubah Aktivitas Otak
Tim tersebut juga mampu mengidentifikasi potensi pendorong utama kerusakan ini, yaitu resistensi insulin neuronal.
Hasilnya menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia otak kita, insulin memiliki efek yang berkurang pada neuron. Hal ini berarti lebih sedikit glukosa yang diambil sebagai energi, yang kemudian mulai merusak sinyal otak.
Gagasan bahwa metabolisme memengaruhi penuaan otak didukung oleh analisis genetik yang dilakukan oleh para peneliti.
Aktivitas yang terkait dengan protein penyerap glukosa GLUT4 dan protein pengangkut lemak APOE menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak.
Oleh karena itu, mengganti atau memperbaiki sumber energi bagi neuron dapat membantu memperlambat penuaan otak dan berpotensi memberi kita pilihan pengobatan lain untuk penyakit neurodegeneratif (APOE juga sangat terkait dengan Alzheimer di masa lalu).
Mujica-Parodi menambahkan pada usia paruh baya, neuron mengalami tekanan metabolik akibat kekurangan bahan bakar.
Untuk itu, menyediakan bahan bakar alternatif selama masa kritis ini dapat membantu memulihkan fungsi.
Namun, pada usia lanjut, kekurangan neuron dalam jangka panjang mungkin telah memicu serangkaian efek fisiologis lain yang membuat intervensi (penanganan) menjadi kurang efektif.
Para peneliti menguji hipotesis tersebut dengan sekelompok 101 individu yang diberi suplemen keton, yang tampaknya meningkatkan sensitivitas insulin dalam sel-sel otak dan menekan kerusakan metabolik.
Degradasi otak menjadi stabil setelah suplemen keton dikonsumsi, dengan manfaat terbesar muncul pada mereka yang berusia setengah baya (40 hingga 59 tahun dalam kasus ini).
Hal ini menunjukkan bahwa perawatan jenis ini dapat berhasil, tetapi waktu akan menjadi hal yang krusial.
Ahli saraf Botond Antal, dari Universitas Stony Brook, mengatakan bahwa penting untuk segera berpikir tentang pencegahan penuaan otak.
Jadi, daripada menunggu gejala kognitif, yang mungkin tidak muncul hingga kerusakan substansial terjadi, kita berpotensi mengidentifikasi orang yang berisiko melalui penanda neurometabolik dan melakukan intervensi selama kurun waktu kritis ini.
Baca Juga: Sains Jelaskan Hal-Hal Baik yang Terjadi pada Otak dan Tubuh saat Anda Jatuh Cinta
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR