Mereka menjalankan simulasi dengan beberapa skenario:
Serigala jinak lebih memilih kawin dengan sesama serigala jinak.
Serigala jinak tidak memiliki preferensi dalam memilih pasangan.
Jumlah makanan manusia tetap stabil (menandakan populasi manusia yang kecil dan konstan).
Jumlah makanan manusia terus bertambah (menandakan pertumbuhan populasi manusia dan limbahnya).
Setiap simulasi dijalankan selama 15.000 tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa anjing awal mulai terpisah dari leluhur serigala mereka dalam 37 persen percobaan. Namun, jika serigala jinak hanya kawin dengan sesamanya, mereka membentuk kelompok anjing dalam 74 persen percobaan.
Lebih menarik lagi, jika serigala jinak terus berkembang biak dengan sesamanya, spesiasi atau terbentuknya spesies baru bisa terjadi dalam sekitar 8.000 tahun.
Perubahan ini pun bertahan lebih dari 3.400 tahun, sering kali hingga akhir simulasi. Proses ini terjadi baik ketika sumber makanan manusia stabil maupun ketika jumlahnya meningkat.
Sebaliknya, jika serigala jinak masih sering kawin dengan serigala liar, mereka tidak pernah benar-benar berkembang menjadi spesies yang terpisah.
Menurut Bridgett vonHoldt, ahli biologi evolusi dari Princeton University yang tidak terlibat dalam penelitian ini, kecenderungan serigala jinak untuk memilih pasangan yang sama jinaknya kemungkinan besar terjadi karena faktor kedekatan.
Meski banyak yang menyebut fenomena ini sebagai self-domestication atau domestikasi alami, vonHoldt menilai bahwa ini sebenarnya bagian dari seleksi alam.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR