Nationalgeographic.co.id—Seiring dengan penuaan yang dialami seseorang, tanda-tanda perubahan fisik hingga menurunnya fungsi organ-organ tubuh mulai terlihat.
Hal ini kemudian mendorong para peneliti untuk menyelidiki bagaimana tubuh kita berubah seiring bertambahnya usia dan adakah cara untuk menghentikan penuaan tersebut.
Upaya yang dilakukan para ilmuwan untuk memahami penyebab biologis penuaan ini memiliki harapan bahwa suatu hari nanti mereka dapat menawarkan cara untuk memperlambat atau menghentikan tanda-tanda penuaan yang terlihat dan, yang lebih penting, penyakit yang berkaitan dengan usia. Mekanisme yang mendasari ini sering disebut "ciri-ciri penuaan".
Dame Linda Partridge, seorang profesor peneliti di divisi biosains di University College London mengatakan hal terpenting tentang ciri-ciri penuaan adalah ciri-ciri tersebut merupakan hal-hal yang tidak beres selama proses penuaan.
Dan jika Anda dapat membalikkan ciri-ciri tersebut, Anda berpeluang untuk hidup lebih lama atau menjadi lebih sehat saat menua.
Sejauh ini, penelitian ilmiah tersebut utamanya dilakukan pada hewan, tetapi para ahli secara bertahap memperluas cakupannya ke manusia.
Venki Ramakrishnan, seorang ahli biokimia, mengatakan memahami cara kerja penuaan dapat membantu kita menempatkan saran dan informasi tentang "terobosan" terbaru ke dalam konteksnya.
Para ahli kemudian mengungkapkan ciri-ciri penuaan dan bagaimana ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan penyakit serta bagaimana para ilmuwan berupaya mengubahnya.
Melansir The New York Times, ada dua tema utama yang menjadi sorotan pada pembahasan di bawah ini, yakni keausan dan kerusakan serta masalah pembuangan.
Keausan dan Kerusakan
Banyak perubahan yang berkaitan dengan usia dimulai dari sel-sel kita, dan bahkan gen kita, yang mengalami kerusakan dan bereaksi seiring bertambahnya usia.
Baca Juga: Selidik Ilmiah: Manusia Alami Penuaan Lebih Cepat pada 2 Puncak Usia Ini
* Masalah dengan DNA
DNA mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Terkadang kesalahan terjadi saat sel membelah, kesalahan muncul secara spontan saat DNA disalin dan ditempel dari satu sel ke sel lain. Mutasi juga dapat terjadi akibat paparan lingkungan, seperti radiasi ultraviolet dari matahari.
Sel-sel kita memiliki cara untuk memperbaiki mutasi genetik ini, tetapi sel-sel tersebut menjadi kurang efisien seiring bertambahnya usia. Hal ini berarti kesalahan dapat menumpuk. Para ilmuwan sendiri tidak yakin mengapa mekanisme perbaikan DNA kita menurun.
"Yang kita tahu adalah bahwa efisiensinya menurun seiring bertambahnya usia," kata Andrew Dillin, seorang profesor biologi molekuler dan sel di University of California, Berkeley.
Konsekuensi utama dari hal ini adalah sel-sel berhenti bekerja dengan baik dan ditandai sebagai sampah. Dalam skenario terburuk, mutasi dapat terjadi pada gen yang menekan tumor, yang menyebabkan timbulnya kanker.
* Masalah dengan kromosom
Setiap kali sel bereplikasi dan DNA-nya disalin, ujung kromosomnya menjadi sedikit lebih pendek. Bagian khusus genom ini disebut telomer dan sering disamakan dengan tutup plastik pada ujung tali sepatu yang mencegahnya terurai.
Setelah telomer sel menjadi terlalu pendek, sel tersebut berhenti membelah. Proses ini sehat saat kita masih muda, karena membantu mencegah sel bereplikasi selamanya dan berubah menjadi kanker.
Namun seiring bertambahnya usia, pemendekan telomer menjadi masalah, terutama pada sel induk, yang digunakan tubuh untuk mengisi kembali kulit, darah, dan jaringan lainnya.
Sel punca memiliki alat khusus untuk melawan hal ini, tetapi pada akhirnya sel punca pun akan kehilangan telomernya. Ketika hal itu terjadi, "sel punca tidak dapat lagi membelah, sehingga populasi sel punca pun akan hilang," kata Dr. Dillin.
Penipisan sel punca merupakan penyebab utama beberapa tanda fisik penuaan, termasuk rambut beruban dan kulit yang lebih tipis dan kurang elastis.
Baca Juga: Alasan Ilmiah Kenapa Waktu Terasa Lebih Cepat Berlalu saat Kita Makin Tua - dan Cara 'Melawannya'
Beberapa produk perawatan kulit mengklaim dapat menggantikan sel punca, tetapi hanya ada sedikit bukti bahwa produk tersebut berfungsi.
* Masalah dengan epigenom
Perubahan lainnya terjadi melalui epigenetika, yaitu modifikasi kimia pada genom yang memengaruhi gen mana yang diaktifkan atau dinonaktifkan dalam sel.
Beberapa perubahan epigenetika terjadi secara alami saat kita tumbuh, sementara yang lain disebabkan oleh lingkungan kita.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa banyak mekanisme epigenetik yang membantu mengendalikan aktivitas dan bahkan identitas sel-sel kita mulai menurun seiring bertambahnya usia.
Jika hal ini terjadi pada terlalu banyak sel, ini dapat memengaruhi kesehatan dan fungsi organ. Misalnya, perubahan epigenetik pada sel-sel jantung dapat menyebabkan penebalan arteri atau berkurangnya kemampuan jantung untuk merespons olahraga secara positif.
Saat ini sedang marak penelitian anti-penuaan yang mengamati perubahan epigenetik karena perubahan tersebut lebih mudah dibalikkan daripada sesuatu seperti mutasi DNA, kata Dr. Eric Verdin, presiden Buck Institute for Research on Aging.
* Masalah dengan mitokondria
Komponen penting dari kesehatan sel adalah produksi energi, yang berasal dari mitokondria (pembangkit tenaga sel). Seiring bertambahnya usia, mitokondria juga berhenti bekerja sebaik sebelumnya, sehingga menjadi kurang efisien dan menghasilkan lebih sedikit energi.
Dr. Verdin mengatakan, “Jika Anda tidak menghasilkan cukup energi, tiba-tiba semua proses seluler lainnya tidak akan berfungsi secara efisien.”
Perubahan dalam energi seluler dapat memengaruhi aspek lain dari kesehatan sel, termasuk epigenetika, kata Dr. Dillin. Mitokondria yang rusak juga dapat bocor keluar dari sel, menyebabkan peradangan. Ini merupakan aspek lain dari penuaan yang dikaitkan dengan banyak kondisi kesehatan kronis.
Baca Juga: Temuan Ilmiah: Kawah Meteorit Tertua Ditemukan, Apa Dampak yang Ditinggalkan?
Olahraga teratur adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kesehatan mitokondria.
* Masalah Pembuangan
Sel-sel yang rusak bukan hanya bertambah seiring bertambahnya usia karena masalah-masalah yang disebutkan di atas, tetapi cara tubuh membuangnya juga menjadi kacau.
* Masalah dalam membuang sel-sel yang buruk
Salah satu cara terpenting untuk menangani sel yang tidak berfungsi dengan baik adalah dengan menurunkannya ke kondisi yang dikenal sebagai penuaan.
Sel-sel ini berhenti membelah, dan mulai mengeluarkan zat kimia inflamasi yang memberi sinyal kepada sistem kekebalan tubuh untuk membuangnya.
Biasanya, ini bukan masalah — faktanya, ini adalah bagian penting dari pergantian sel normal. Tetapi seiring bertambahnya usia, dua hal terjadi. Pertama, ada lebih banyak sel yang perlu dibuang. Kedua, sistem pembuangan mulai rusak. Akibatnya, sel-sel tua menumpuk, menyebabkan peradangan semakin parah.
Penumpukan sel-sel yang menua kemudian menyebabkan lebih banyak kerusakan, lebih banyak peradangan, dan lebih sedikit fungsi imun.
Saat ini, para ilmuwan sedang menjajaki cara untuk meningkatkan pembuangan sel-sel tua dengan jenis obat yang dikenal sebagai senolitik, meskipun penelitian ini masih dalam tahap awal.
* Masalah dalam membuang protein buruk
Sebagian besar sel menjalankan fungsinya melalui protein yang mereka buat. Jika DNA adalah cetak biru sebuah rumah, dan sel adalah pekerja konstruksinya, maka protein adalah kayu, paku, dan dinding.
Wajar saja jika protein mengalami kekacauan (sering disebut protein yang salah lipat) dan ada banyak cara untuk memperbaikinya. Namun, sekali lagi, proses tersebut mulai menurun seiring bertambahnya usia, dan protein yang salah lipat akan terakumulasi dan menyebabkan masalah. Salah satu penyakit penting yang dikaitkan dengan protein buruk adalah Alzheimer, di mana amiloid dan tau membentuk plak dan kusut di otak.
Salah satu cara tubuh membuang protein yang salah lipat, serta bagian sel yang tidak berfungsi dengan baik, adalah melalui proses yang dikenal sebagai autofagi.
Dr. Ramakrishnan mengatakan autofagi adalah proses di mana semua hal yang rusak dalam sel dihancurkan. Dan jika Anda mengganggu mekanisme itu, Anda akan mendapatkan tumpukan sampah di dalam sel, yang menyebabkan stres dan penuaan.
Autofagi menurun seiring bertambahnya usia. Beberapa obat yang sedang diteliti efeknya terhadap penuaan, terutama rapamycin, meningkatkan proses tersebut.
Namun, dalam dosis besar rapamycin menekan respons imun (terutama digunakan untuk mencegah penolakan transplantasi organ), sehingga beberapa peneliti khawatir tentang orang sehat yang mengonsumsi obat tersebut.
Para ahli sepakat bahwa terapi anti-penuaan eksperimental belum siap untuk digunakan secara luas, meskipun mereka optimis tentang masa depan bidang ini.
Dr. Partridge mengatakan untuk saat ini, hal terbaik yang dapat dilakukan orang untuk menua dengan baik adalah menerapkan kebiasaan gaya hidup sehat, seperti olahraga dan nutrisi yang baik.
Baca Juga: Temuan Ilmiah: Usia Tembok Besar Tiongkok Mungkin Jauh Lebih Tua dari Perkiraan Sebelumnya
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR