Seiring waktu, tekanan terbentuk di sepanjang sesar. Ketika tekanan tersebut melebihi kekuatan batuan di sekitarnya, tekanan tersebut dilepaskan secara tiba-tiba sebagai gempa bumi. Seperti yang terjadi pada hari Jumat, 28 Maret 2025.
Lempeng-lempeng di sepanjang Sesar Sagaing bergerak dengan kecepatan antara 11 mm hingga 18 mm per tahun. Pergerakan ini tampak seperti jumlah yang kecil. Meski begitu, spergerakan berkelanjutan dari waktu ke waktu menyebabkan akumulasi tekanan yang signifikan.
Ketika energi yang terkumpul dilepaskan, hal itu mengakibatkan gempa bumi yang kuat. Pergeseran konstan ini membuat wilayah tersebut rentan terhadap peristiwa seismik, seperti yang terlihat pada gempa baru-baru ini.
Sejarah seismik Myanmar
Myanmar tidak asing dengan gempa bumi, khususnya di sepanjang Sesar Sagaing. Sesar ini telah menyebabkan berbagai peristiwa seismik yang signifikan. Termasuk gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter pada tahun 1946 dan gempa bumi berkekuatan 6,8 skala Richter pada tahun 2012.
Peristiwa-peristiwa ini mencerminkan kerentanan wilayah tersebut terhadap gempa bumi di masa mendatang. Juga menekankan perlunya kesiapan dan infrastruktur yang lebih baik untuk menahan aktivitas seismik.
Untuk mengurangi kerusakan, pihak berwenang harus fokus pada penguatan tata bangunan serta peningkatan manajemen bencana. Pemerintah juga harus meningkatkan sistem peringatan dini untuk melindungi penduduk dan infrastruktur.
Source | : | India Times |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR