Badan tersebut mengutip gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter di gunung berapi Kilauea di Hawaii pada tanggal 29 November 1975. Gempa itu segera diikuti oleh letusan singkat.
Namun ada masalah. Pertama, mekanisme pemicu untuk peristiwa tersebut tidak dipahami dengan baik. Serta jurnal yang menghubungkan gempa bumi dengan letusan berikutnya hanya dapat berspekulasi.
Kedua, mungkin saja waktu dalam semua contoh ini hanya kebetulan. Ahli geologi harus memahami pemicu spesifik. Mereka juga harus mengesampingkan peluang sebelum hubungan dapat dibuat secara definitif. Kompleksitas geologi Bumi membuat keduanya sangat sulit.
Charles Darwin yang pertama kali menghubungkan antara gempa bumi dan letusan gunung berapi
Analisis statistik mencoba mengatasi masalah peluang secara langsung. Sebuah makalah Nature tahun 1998 mengungkap hasil penelitian. Jurnal itu meneliti apakah gempa berkekuatan 8,0 atau lebih dapat memicu letusan gunung berapi hingga sejauh 800 km dari episentrum dalam waktu 5 hari.
Peneliti menggunakan data dari abad ke-16 hingga 1998. Mereka menemukan bahwa jenis letusan ini terjadi empat kali lebih sering daripada yang dapat dijelaskan oleh kebetulan saja.
Makalah lain tahun 2009 menggunakan data historis untuk melakukan penelitian yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa gempa berkekuatan 8,0 di Chili dikaitkan dengan tingkat letusan yang jauh lebih tinggi di gunung berapi tertentu sejauh 496 km jauhnya. Masalahnya adalah bahwa data historis semacam ini tidak terlalu bagus.
“Gempa bumi besar dan letusan gunung berapi besar merupakan peristiwa yang relatif jarang terjadi. Para ilmuwan baru dapat menyimpan catatan ini dengan andal selama setengah abad terakhir atau lebih, tergantung pada wilayahnya,” kata Theresa Sawi. Sawi adalah seorang peneliti sarjana geofisika di University of California, Berkeley.
Banyak titik data di masa lalu berasal dari laporan berita dan entri jurnal yang cukup ambigu. David Pyle, profesor vulkanologi di University of Oxford, menunjukkan bahwa salah satu penulis pertama yang menghubungkan gempa bumi dan letusan. Penulis itu adalah Charles Darwin.
Pada 1840, Darwin mengumpulkan informasi saksi mata tentang beberapa perubahan kecil di gunung berapi Chili setelah gempa kuat di sana tahun 1836. Tidak jelas apakah ada letusan yang terjadi.
Penelitian yang berfokus pada data ilmiah yang lebih kuat
Sawi adalah salah satu penulis analisis statistik terbaru dalam Bulletin of Volcanology. Ia mencoba menghindari masalah ini. Studi ini hanya berfokus pada data ilmiah yang lebih kuat dari tahun 1964 dan seterusnya.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR