Insiden tersebut tentunya memunculkan beragam reaksi dari keluarga korban maupun pemerintah setempat.
Keluarga Sundar Raj menuntut keadilan dan kompensasi dari pemerintah. Namun, pemerintah setempat, yang mendapat tekanan dari kelompok pelestarian alam internasional dan sebagian besar penduduk setempat yang bersimpati, enggan untuk melanjutkan masalah ini. Ayah korban kedua pun berada di sisi yang sama dengan pemerintah.
Ayah korban Pandit yang juga seorang guru, RK Tiwari, mengatakan, "Percaya pada keadilan merupakan salah satu pilar masyarakat, tetapi bagi saya berbeda."
Tiwari menambahkan, "Anak saya Pandit mendapatkan keadilannya sendiri. Dia melanggar hukum, berburu hewan liar, dan memasuki tanah yang bukan miliknya, lalu dia dibunuh. Apa lagi yang bisa dikatakan?"
Menurut sang ayah yang saat itu berusia 74 tahun, suku Sentinel adalah korban dalam hal ini, bukan anaknya. Mereka hidup dalam teror terus-menerus dari pemburu gelap bersenjata lengkap dari Myanmar dan Port Blair.
Menurutnya, suku Sentinel hanya membela diri dengan busur, anak panah, dan batu dengan satu-satunya cara yang mereka tahu.
Tiwari hanya menginginkan jenazah anaknya kembali sehingga dia dan istrinya dapat menguburkannya. Dia tidak menginginkan pembalasan. "Bagaimanapun, ini adalah kasus yang mustahil untuk dituntut," katanya.
Polisi Andaman, Dharmendra Kumar, juga meyakini bahwa kasus tersebut tidak akan pernah sampai ke pengadilan.
Kumar mengatakan, "Kami memiliki saksi, ya, pemburu gelap yang tidak mau bersaksi karena mereka dapat dipenjara. Lalu ada kendala bahasa, tidak ada yang berbicara bahasa Sentinel. Ini terjadi sebelum kami berpikir untuk mengidentifikasi pelaku dan mengumpulkan bukti forensik. Kami harus menangkap seluruh suku."
Kumar menambahkan bahwa mereka berada dalam situasi yang tidak memungkinkan. Jika mereka menyerbu pulau itu, akan ada korban di kedua belah pihak.
Jika suku itu masuk ke pedalaman, tim penyelamat mungkin bisa menyelinap kembali ke sana dan mengambil mayat-mayat. Mungkin hanya itu yang bisa mereka lakukan.
Baca Juga: Orang-Orang yang Mencoba 'Menerobos' Pulau Sentinel dan Nasib Mereka
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR