“Setidaknya tiga bangunan di sana runtuh, dan semua tempat tinggal rusak,” kata Long. “Enam biarawati dan tiga pendukung awam tewas. Salah satu biarawati yang meninggal adalah biarawati kepala mereka, dan dua guru lainnya dirawat di rumah sakit dengan luka serius.”
Biara Masoeyein Baru
Biara Masoeyein Baru di Mandalay adalah tempat berkumpulnya umat Buddha di daerah tersebut. Biara ini menyediakan makanan, akomodasi, perawatan kesehatan, dan pendidikan agama bagi ratusan biksu. Saat anggota Sangha Buddha mengikuti ujian biara pada 28 Maret, menara jam di bangunan tersebut runtuh saat gempa mengguncang Myanmar
“Biara merupakan pusat layanan masyarakat dan bimbingan spiritual bagi kaum awam,” kata Kate Crosby, profesor studi Buddha di Universitas Oxford. “Hubungan dengan biara ini merupakan bagian inti dari sebagian besar kehidupan keagamaan dan budaya masyarakat Myanmar.”
Foxeus mengatakan bahwa Biara Masoyein Baru sangat penting. Pasalnya, biara ini merupakan pusat pendidikan elite Buddha yang berstatus serupa dengan universitas. Untungnya, kerusakannya tidak parah. Biara ini mungkin dapat berfungsi kembali sampai batas tertentu dalam waktu dekat, tambahnya.
Pagoda Shwe Sar Yan
Dikatakan berusia hingga 1.000 tahun, Pagoda Shwe Sar Yan adalah kompleks Buddha besar, dihiasi stupa dan patung berlapis emas. Lokasinya sekitar 8 km di tenggara Mandalay. Video yang diunggah daring menunjukkan puncak menara emas Pagoda Shwe Sar Yan runtuh setelah gempa bumi. Dibangun antara abad ke-9 dan ke-13, Pagoda tersebut merupakan pusat komunitas di Myanmar, kata Aung-Thwin.
“Pagoda tersebut berfungsi sebagai simpul yang menghubungkan komunitas lokal dengan jaringan umat Buddha lain. Baik di dalam maupun luar negeri,” katanya.
Dihiasi dengan stupa dan patung berlapis emas, pagoda tersebut sangat terkait dengan siklus pertanian lokal. Festival tahunannya menandai tahapan penanaman, pengolahan tanah, dan panen tanaman seperti padi.
“Para petani, pedagang, wisatawan, dan usaha kecil lainnya datang ke festival. Festival ini menghubungkan komunitas lokal dan ekonomi mereka satu sama lain,” kata Aung-Thwin. “Kerusakan pada situs-situs keagamaan ini dapat mengganggu tatanan sosial masyarakat dan sumber daya ekonomi untuk bertahan hidup.”
Biara Me Nu
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR