Nationalgeographic.co.id—Di tengah gelombang Korean Wave yang menerjang dunia, membawa serta alunan K-Pop dan pesona K-Drama, sebuah pertanyaan menarik mengemuka dari kedalaman warisan budaya Negeri Ginseng: siapakah sebenarnya Dokkaebi?
Lebih dari sekadar makhluk mitos yang menghuni cerita rakyat, entitas yang sering disamakan dengan goblin ini menyimpan sejarah panjang transformasi kepercayaan, bermula dari roh-roh alam yang tak berwujud hingga menjelma menjadi sosok-sosok antropomorfis yang unik dengan karakteristik dan peran beragam dalam kehidupan masyarakat Korea kuno.
Mari selami lebih dalam evolusi menakjubkan Dokkaebi, dari entitas spiritual yang lekat dengan lanskap pegunungan dan hutan hingga figur-figur jenaka, bahkan menakutkan, yang mewarnai imajinasi dan ritual tradisional, membuka tabir misteri di balik goblin versi Korea yang ternyata menyimpan jejak-jejak perkembangan budaya dan kepercayaan yang kaya.
Mengenal Lebih Dekat Sosok Dokkaebi
Seperti dilansir laman honoraryreporters.korea.net, Dokkaebi atau Doggaebi (bahasa Korea: 도깨비), yang juga dikenal dengan sebutan togabi, merupakan makhluk mitos yang mendiami cerita rakyat Korea.
Makhluk ini sering digambarkan sebagai goblin atau sprite nakal yang dipercaya memiliki kekuatan dan kemampuan supernatural, termasuk kemampuan untuk mengubah wujud.
Secara sederhana, Dokkaebi dapat dipahami sebagai roh alam yang mengambil wujud seperti goblin. Dalam kepercayaan tradisional Korea, mereka diyakini mampu berinteraksi dengan manusia dan sering kali menggunakan kekuatan mereka untuk tujuan yang beragam.
Umumnya, Dokkaebi digambarkan mengenakan hanbok, pakaian tradisional Korea yang biasa dikenakan pada acara-acara formal, yang biasanya berwarna cerah dan dihiasi dengan garis-garis sederhana.
Asal Usul dan Sifat-Sifat Khas Dokkaebi
Awal mula keberadaan Dokkaebi dapat ditelusuri kembali ke kepercayaan shamanistik kuno di Korea. Mereka diyakini sebagai roh alam yang sering kali diasosiasikan dengan gunung dan hutan.
Seiring berjalannya waktu, penggambaran mereka mengalami evolusi menjadi lebih antropomorfis, sering dilukiskan sebagai makhluk kecil dan jahil yang memiliki tanduk dan gada.
Baca Juga: Cancel Culture, Paradoks di Balik Gemerlapnya Industri Hiburan Korea Selatan
KOMENTAR