Susan menggali data medis, menelusuri rekam medis, dan mewawancarai rekan-rekannya. Kasus-kasus itu tampaknya memiliki pola, sehingga dia tiba pada kesimpulan bahwa ada tindakan yang disengaja sehingga pasien-pasien itu menjadi korban.
"Demi Tuhan, Susan, kau sudah terobsesi dengan hal ini. Kau bekerja lembur dan mulai mengalami delusi," kata Bellow, rekan sejawatnya, yang pura-pura prihatin.
"Ketika seseorang meninggal, maka Anda melakukan otopsi dan mencari tahu apa penyebab kematian itu supaya Anda bisa lebih memahami," ujar Susan. "Nah, dalam kasus koma, Anda tidak dapat melakukan otopsi karena pasien berada di antara hidup dan mati." Bahkan, dia menemukan indikasi adanya konspirasi internal yang melibatkan beberapa dokter dan pejabat rumah sakit. Tampaknya, mereka rela melakukan segala cara demi keuntungan pribadi.
Akhirnya Susan menemukan sebuah kejahatan sistematis di balik rumah sakit tempatnya bekerja. Ada perdagangan organ vital para pasien yang dilakukan oleh para dokter. Jadi, mereka memang sengaja membuat pasien-pasien itu koma sehingga memudahkan mereka mengambil organ-organ vitalnya. Temuan ini membuka tirai kejahatan sistematis.
Susan membuka tabir para penjahat. Dia mengumpulkan bukti-bukti yang memandunya pada siapa saja pihak-pihak yang terlibat. Tindakan Susan terhitung berbahaya dan bukannya tanpa perlawanan balik. Atas nama kemanusiaan, penyelidikan Susan membuahkan hasil.
Karya sastra ini menginspirasi kita untuk mewaspadai kekuasaan yang korup, sekaligus mengingatkan bahwa kejujuran dan etika dalam dunia medis merupakan perkara utama.
Tirai kekejaman dokter bedah dalam The Surgeon, terbit 1996
Sebuah novel penuh ketegangan berlatar medis yang menggabungkan unsur-unsur kriminal dengan intrik dunia kedokteran. Identitas dokter jahat yang menjadi antagonis utama sengaja diselimuti misteri sepanjang novel. Tess Gerritsen, sang sastrawan, mengajak pembaca untuk bertumpu pada metode keji dan kecerdasan klinisnya daripada nama pribadinya.
Cerita dimulai dengan serangkaian pembunuhan mengerikan. Para korban ditemukan dengan bekas operasi yang mencurigakan dengan metode pembunuhan dengan sayatan bedah yang presisi dan menata letak korban. Penegak hukum pun menengarai bahwa kasus-kasus ini tampaknya didalangi oleh tenaga medis yang memiliki keterampilan.
Seiring berjalannya penyelidikan, para detektif mengungkap sosok di balik kekejaman ini. Mereka menduga pelakunya adalah seorang dokter berkredibilitas, yang menyamar rapi di tengah masyarakat.
Baca Juga: Histori Kampus NIAS Jadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Di balik jas putih dan sikap tenangnya, tersembunyi seorang individu dengan sisi gelap. Sang dokter begitu terobsesi dengan kekejaman. Metodenya yang terstruktur dan detail dalam praktik keji menjadi ciri khasnya. Gerritsen membawa kita pada pertanyaan, bagaimana keahlian kedokteran bisa disalahgunakan untuk tujuan kriminal?
Para penegak hukum—ahli forensik dan detektif—menyelesik dan mengurai teka-teki di balik rangkaian pembunuhan ini. Mereka menggali jejak yang ditinggalkan pelaku melalui data rekam medis, jejak digital, dan menganalisis polanya. Keterlibatan unsur dunia medis membuat investigasi ini menjadi semakin kompleks. Batas antara prosedur klinis yang sah dan penyimpangan etika kian kabur.
"Persis seperti yang kupelajari. Kejahatan tampak begitu lazim," kata Dokter Catherine Cordell, tokoh yang menyelidiki kasus pembunuhan berantai. Penuturannya seolah menunjukkan ketidakmampuan kita dalam membaca penjahat yang tersamar dalam sosok biasa, tetapi bisa memiliki petaka.
The Surgeon mengisahkan para penegak hukum yang berupaya mengungkap kasus kejahatan, sekaligus sosok sang dokter pembunuh yang misterius. Paranoia, rasa takut, dan kebingungan moral membalut setiap babak, menciptakan atmosfer yang mencekam.
"Kita tidak pernah tahu sampai binatang buas kesempatan menatap kita di muka," kata detektif Jane Rizzoli.
Pada akhirnya, para penegak hukum bersinggungan juga dengan sang dokter misterius itu. Identitas sang dokter mulai terungkap. Pemecahan kasus ini tidak hanya memberikan aspek keadilan bagi para korban, tetapi juga buah pikiran mendalam tentang betapa bahayanya hasrat atau ambisi liar dalam dunia medis.
The Surgeon menekankan, betapapun mulia sebuah profesi, sosok di baliknya bisa melakukan penyimpangan bila tidak ada kontrol moral. Kejadian-kejadian dalam karya sastra ini mengingatkan bahwa kepercayaan publik terhadap seorang yang ahli dan berkompeten dibidangnya harus selalu didasari pada kejujuran dan tanggung jawab terhadap kemanusiaan.
Dokter Catherine Cordell seolah mengingatkan kepada kita. "Kejahatan tidak pernah mati. Kejahatan tak pernah menghilang. Kejahatan hanya mengenakan wajah baru, nama baru," ujarnya. "Hanya karena kita pernah tersentuh olehnya sekali, bukan berarti kita kebal untuk sekali lagi terluka. Petir bisa menyambar dua kali."
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Simak ragam ulasan jurnalistik tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan pengetahuan yang mendalam!
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR