Menurut Jackson, kita seharusnya “cukup yakin” bahwa vaping kurang berbahaya daripada merokok. Namun penelitian jangka panjang mengenai hal ini masih perlu dilakukan.
“Mungkin ada risiko jangka panjang yang tidak kita ketahui. Dan orang-orang berpikir bahwa risikonya bisa sama buruknya dengan risiko merokok. Namun, semua bukti yang kita miliki menunjukkan bahwa hal itu sangat tidak mungkin terjadi.”
Efek jangka panjang inilah yang diteliti oleh Dr. Maxime Boidin. Boidin adalah dosen senior rehabilitasi jantung di Manchester Metropolitan University.
Meskipun, sebagai spesialis jantung, penelitiannya secara khusus melihat kerusakan pembuluh darah yang relevan dengan risiko penyakit jantung. Dan bukan efek kesehatan secara keseluruhan.
Seperti yang dijelaskan Boidin, beberapa penelitian menunjukkan bahwa vaping mengurangi pengaruh molekul pemberi sinyal (nitrit oksida). Hal tersebut dibutuhkan untuk menjaga pembuluh darah tetap rileks dan sehat.
“Yang tidak kami ketahui adalah, jika mekanisme itu terjadi, apa yang terjadi pada pembuluh darah?” katanya. “Saya mencoba menjawab pertanyaan ini.”
Studi Boidin menggunakan ukuran yang divalidasi secara klinis tentang seberapa besar pembuluh darah dapat melebar. Tujuannya untuk menilai kerusakan pada orang yang telah menggunakan vape selama 3 hingga 5 tahun. Ia membandingkannya dengan orang yang telah merokok produk tembakau tradisional untuk periode yang sama.
Setelah selesai, studi tersebut akan melalui proses tinjauan sejawat yang normal sebelum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Bukan perokok yang menjadi pengguna vape
Hartmann-Boyce adalah penulis utama tinjauan Cochrane yang disebutkan sebelumnya. Tinjauan itu secara berkala diperbarui dengan bukti baru dari uji coba rokok elektrik untuk membantu orang berhenti merokok. Tinjauan tersebut menunjukkan bahwa, dalam uji coba, rokok elektrik lebih bermanfaat daripada pengganti nikotin lainnya. Seperti koyo atau permen karet.
Sementara itu, penelitian terbaru Jackson mendukung temuan ini dengan bukti dari dunia nyata. Penelitiannya menunjukkan bahwa vape kini juga merupakan metode paling umum yang digunakan orang untuk berhenti merokok. Vape digunakan dalam sekitar 40 persen upaya untuk berhenti merokok di Inggris.
Namun, jika kita mempertimbangkan orang yang tidak pernah merokok, vape memang menimbulkan lebih banyak kekhawatiran. Jumlah orang yang melakukan vaping tanpa pernah merokok sebelumnya telah tumbuh pesat sejak 2020. Pertumbuhannya meningkat tujuh kali lipat di Inggris hingga melampaui satu juta pada April 2024. Dan seperti yang disetujui oleh semua ahli, dampak kesehatan yang terkait dengan vaping tidak boleh nol.
Source | : | Science Focus |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR