Para peneliti studi ini berpendapat bahwa, berdasarkan konteks waktu pembelian tersebut, fosil-fosil tersebut secara hukum menjadi milik negara bagian Baden-Württemberg.
Namun, undang-undang Brasil yang lebih tua, yang telah berlaku sejak tahun 1942, dengan jelas menyatakan bahwa semua fosil yang ditemukan di Brasil adalah milik federal dan tidak dapat diperjualbelikan. Ini berarti, secara teknis, fosil tersebut dicuri oleh para penggali komersial yang mengekspornya.
Juan Carlos Cisneros, seorang paleontolog di Universitas Federal Piauí di Brasil yang tidak terlibat dalam studi baru ini, menegaskan kepada Live Science bahwa "membeli barang curian tidak menjadikan Anda pemiliknya."
Cisneros dan banyak ahli lainnya memandang kasus ini sebagai contoh nyata kolonialisme ilmiah. Mereka berargumen, "Dinosaurus itu adalah warisan Brasil yang digunakan untuk memajukan ilmu pengetahuan di negara Eropa."
Menurut Cisneros, tindakan ini sangat sesuai dengan definisi kolonialisme, yaitu "menggunakan sumber daya berharga dari negara lain untuk keuntungan negara kaya."
Menerbitkan studi yang didasarkan pada fosil yang diduga ilegal justru dianggap melegitimasi praktik kolonial ini dan menghambat kemampuan negara-negara berkembang untuk berkontribusi pada sains global.
Setelah publikasi makalah baru ini, gelombang kecaman muncul di media sosial dari para paleontolog dan penggemar fosil. Mereka menyerang para peneliti dan jurnal yang menerbitkannya menggunakan tagar #IrritatorBelongstoBR. Akibat reaksi keras ini, jurnal Palaeontologia Electronica sempat menarik makalah tersebut untuk sementara waktu, meskipun kini telah diunggah kembali.
Paul Stewens, seorang mahasiswa hukum di Graduate Institute of International and Development Studies di Jenewa, menganggap respons daring ini sebagai "bentuk kemarahan yang terlambat" terhadap budaya kolonialisme ilmiah yang sudah lama ada di bidang paleontologi. Stewens sendiri mem-posting utas di Twitter yang merinci isu-isu etis seputar studi ini.
Dalam makalahnya, para peneliti Eropa memang mengakui "status yang mungkin problematik" dari fosil-fosil tersebut dalam pernyataan etika mereka. Namun, baik Cisneros maupun Stewens menilai pernyataan tersebut tidak cukup untuk meredakan kontroversi.
Serjoscha Evers, ahli biologi evolusioner di Universitas Freiburg, Jerman, dan salah satu penulis studi, mengakui kepada Live Science bahwa mereka menyadari "fosil tersebut dianggap ilegal oleh sebagian pihak."
Namun, ia beralasan bahwa isu ini memerlukan klarifikasi hukum di pengadilan, yang tidak dapat mereka akses sebelum memulai studi. Evers menegaskan para peneliti bersedia sepenuhnya mematuhi keputusan hukum apa pun di masa mendatang.
Baca Juga: Lima Dinosaurus Paling Aneh yang Pernah Ada, Ilmuwan Sekalipun Sampai Mengernyitkan Dahi
KOMENTAR