Dari Kelenjar Anal Berang-Berang ke Obat Tradisional
Selama ribuan tahun, manusia telah memanfaatkan castoreum sebagai obat untuk berbagai penyakit, mulai dari demam dan gangguan pencernaan hingga gangguan mental. Zat ini juga digunakan dalam sabun, krim kulit, bahkan pernah ditambahkan ke rokok untuk memperkuat aromanya. Hippocrates mencatat penggunaan medis castoreum sejak sekitar tahun 500 SM.
Pada masa Romawi, castoreum sudah menjadi bagian dari pharmacopeia, yaitu daftar bahan obat tradisional yang umum digunakan.
Popularitasnya sebagai bahan pengobatan kemungkinan besar berkaitan dengan kandungan kimianya. Castoreum mengandung lebih dari 75 senyawa kimia yang beragam. Di dalamnya terdapat asam salisilat—komponen aktif dalam aspirin yang berfungsi meredakan nyeri—serta asam lemak yang menyerupai kandungan dalam krim kulit mahal. Beberapa molekulnya bahkan mirip dengan vanilin alami dari anggrek vanila.
Sayangnya, permintaan terhadap castoreum turut mendorong eksploitasi besar-besaran terhadap berang-berang dalam industri bulu. Di Eropa, populasi berang-berang hampir punah pada abad ke-16, sementara di Amerika Utara, situasi serupa terjadi pada abad ke-19 akibat perburuan intensif selama berabad-abad.
Fungsi Castoreum dalam Kehidupan Liar Berang-Berang
Dalam ekosistem, castoreum memiliki peran penting sebagai penanda wilayah. Berang-berang akan membangun gundukan lumpur dan meneteskan castoreum di atasnya untuk menandai batas kekuasaan mereka. Zat ini membantu menyebarkan aroma, menjaga kelembapannya agar tahan lama, dan melindungi baunya dari air yang naik.
Baik berang-berang jantan maupun betina memiliki kantung kastor, namun jantan dewasa lebih sering meninggalkan penanda aroma di jalur lalu lintas berang-berang lain—untuk menyampaikan pesan bahwa wilayah tersebut telah ditempati.
“Ketika saya mencium aroma castoreum di lapangan, saya tahu ada dua keluarga berang-berang yang sedang mempertahankan batas wilayah mereka,” ujar Róisín Campbell-Palmer dari Beaver Trust di Inggris.
“Baunya sangat khas—musky tapi manis. Bahkan jika Anda tidak melihat berang-berangnya, Anda tahu mereka ada di sana.”
Yang menarik, berang-berang juga dapat mengenali anggota keluarganya melalui aroma castoreum. Campbell-Palmer bahkan memanfaatkan hal ini untuk menangkap dan merelokasi satu keluarga berang-berang secara etis, dengan menggunakan aroma dari salah satu anggota keluarga sebagai umpan.
Baca Juga: Jangan Simpan Makanan Kaleng dalam Kondisi Terbuka di Kulkas
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR