Qvarnström mengungkapkan sangat antusias dengan beragam jenis makanan yang ditemukan dalam fosil tersebut. “Kami menemukan segalanya, mulai dari kumbang kecil, ikan yang hampir utuh, tulang, gigi, hingga sisa-sisa tumbuhan,” katanya.
Fosil muntahan ternyata menyimpan temuan yang paling menarik, ujar Grzegorz Niedźwiedzki, paleontolog dari Uppsala University dan rekan penulis studi ini. “Kami menemukan bagian tengkorak amfibi temnospondil (makhluk prasejarah mirip kodok raksasa),” kata Niedźwiedzki dalam email kepada Live Science.
“Tak ada yang menyangka makhluk sebesar itu bisa menjadi mangsa. Tengkoraknya sangat besar dan keras, sampai-sampai bisa mematahkan gigi predator.”
Dalam fosil muntahan lainnya, ditemukan tulang-tulang buaya kecil. Dengan menggabungkan temuan ini dengan data iklim dan tumbuhan purba, tim peneliti berhasil merekonstruksi jaring makanan zaman prasejarah dan melihat bagaimana pola makan hewan-hewan tersebut berubah seiring waktu.
Salah satu ciri khas dinosaurus adalah keragaman makanannya—mereka memakan berbagai jenis makanan, yang membantu mereka beradaptasi dalam lingkungan yang terus berubah. Sifat ini membuat mereka lebih unggul dibanding pesaing yang pola makannya lebih terbatas, terutama di masa-masa sulit.
Karena tidak pilih-pilih makanan, dinosaurus herbivor juga kemungkinan mampu tumbuh lebih besar. Ini pada gilirannya mendukung evolusi dinosaurus karnivor raksasa.
Lawrence Tanner, profesor sistem ilmu lingkungan di Le Moyne College, New York, yang menulis komentar pendamping untuk studi ini, menambahkan bahwa hasil rekonstruksi ini menunjukkan bahwa dominasi dinosaurus berlangsung secara bertahap selama akhir periode Trias—bukan akibat satu bencana tunggal.
Para peneliti berharap bisa memperluas studi ini ke wilayah lain di dunia untuk mengonfirmasi temuan mereka dan mempelajari lebih jauh tentang pola makan dinosaurus. “Masih banyak yang perlu digali,” kata Niedźwiedzki.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR