Namun, karena DNA mengalami degradasi seiring waktu, tidak semua kerangka arkeologi dapat dianalis dengan cara ini.
Kondisi interseks
Meskipun tingkat akurasinya tinggi, banyak arkeolog mengatakan bahwa memperkirakan jenis kelamin seseorang di masa lalu berdasarkan tulangnya saja dapat mengabaikan aspek lain dari jenis kelamin biologis, yang merupakan hasil interaksi antara kromosom, hormon, gonad, dan gamet.
Donovan Adams, seorang antropolog biologi di University of Central Florida, mengatakan, "Jenis kelamin tidak biner, tetapi mungkin bimodal." Bimodal dalam konteks ini berarti bahwa jika jenis kelamin digambarkan dalam bentuk grafik, akan ada dua "puncak", satu di ujung kiri untuk laki-laki dan satu di ujung kanan untuk perempuan. Namun, di bagian tengah grafik ada area tumpang tindih antara dua kelompok tersebut, yang mewakili orang-orang yang digambarkan sebagai interseks.
"Sekitar 1,7% dari populasi adalah beberapabentuk interseks," kata Virginia Estabrook, seorang antropolog biologi di University of Maryland, Baltimore County. Ini berarti sedikit kurang dari 1 dari 50 orang.
Beberapa contoh kondisi interseks meliputi hiperplasia adrenal kongenital (CAH), yakni produksi hormon laki-laki yang berlebihan yang dapat membuat alat kelamin perempuan terlihat ambigu saat lahir. Kemudian ada sindrom Klinefelter atau kromosom seks XXY, yang mengakibatkan testis kecil dan payudara membesar pada orang yang lahir laki-laki.
Ada juga sindrom insensitivitas androgen, yang mana seseorang mungkin lahir dengan alat kelamin luar tipe perempuan, tetapi tidak memiliki organ reproduksi internal. Dan defisiensi 5α-Reduktase 2, yang mana bayi yang tampak perempuan saat lahir kemudian mengembangkan penis dan testis. Selain itu, orang mungkin memiliki bentuk mosaik kromosom seks lainnya, dengan kromosom XX di beberapa sel dan XY di sel lainnya.
Contoh kasusnya adalah ketika Estabrook mempelajari kerangka pahlawan Perang Revolusi Casimir Pulaski yang tewas dalam pertempuran pada tahun 1779. Kerangkanya menunjukkan beberapa ciri tulang yang lebih khas dalam pertumbuhan dan perkembangan berpola perempuan. Tetapi, catatan sejarah dengan jelas menunjukkan bahwa dia menjalani hidupnya sebagai seorang pria.
Satu kemungkinan penjelasan untuk perbedaan ini mungkin adalah CAH, yang mana bayi perempuan secara kromosom memiliki alat kelamin yang lebih mirip alat kelamin laki-laki. Orang dengan CAH menghasilkan peningkatan androgen dan dapat menumbuhkan rambut wajah.
Menurut Estabrook, kasus jenderal interseks ini tergolong unik karena biasanya ketika para arkeolog menemukan kerangka dalam arkeologi, mereka tidak tahu siapa orang-orang ini.
Pemahaman tentang siapa orang zaman dahulu dapat terhalang bukan hanya oleh keterbatasan estimasi jenis kelamin secara osteologis tetapi juga oleh variabel gender.
Baca Juga: Sustainability: Arkeolog Berhasil Ungkap Hubungan antara Kesenjangan dan Keberlanjutan
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR