Albino Luciani, yang ingin menghormati Paus Yohanes XXIII dan Paus Paulus VI, menggabungkan kedua nama itu dan menjadi Paus Yohanes Paulus. Ia wafat hanya 33 hari setelah terpilih. Karol Wojtyla kemudian memilih nama Yohanes Paulus II untuk mengenang pendahulunya itu.
Nama yang paling sering digunakan adalah Yohanes, yang telah dipakai oleh 21 paus, meskipun yang terakhir adalah Yohanes XXIII.
Selain itu, ada 16 paus bernama Gregorius dan 15 bernama Benediktus. Paus Fransiskus adalah salah satu dari 44 paus yang menggunakan nama unik yang belum pernah dipakai sebelumnya.
Kardinal Robert Prevost dari AS terpilih sebagai paus yang baru, dan memilih nama Paus Leo XIV.
Pemilihan Nama Paus
Nama paus dipilih bukan hanya karena kesannya indah atau unik, tetapi karena bobot sejarah dan simbolisme yang terkandung di dalamnya.
Pada 2013, Jorge Bergoglio dari Argentina menjadi paus pertama yang memilih nama Fransiskus, merujuk pada Santo Fransiskus dari Assisi, seorang mistikus abad ke-13 yang hidup dalam kemiskinan dan penuh kasih pada kaum lemah.
Namun, tak semua nama paus memiliki konotasi positif. Nama Celestine, misalnya, hampir tak pernah digunakan lagi sejak seorang pertapa bernama Celestine V dipaksa menjadi paus pada 1294.
Ia mengundurkan diri hanya dalam waktu lima bulan, dan dikritik oleh penyair Dante sebagai pengecut besar yang dimasukkan ke neraka dalam karyanya, Divine Comedy.
Pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada 2013 juga menimbulkan kesan bahwa nama “Benediktus” membawa pertanda mundur dari jabatan.
Maka, jika paus baru memilih nama Benediktus XVII atau Celestine VI, publik bisa saja mulai berspekulasi tentang kemungkinan pengunduran diri di masa depan.
Nama-nama tertentu juga punya reputasi kontroversional. Paus Alexander VI dari keluarga Borgia terkenal karena sering mengadakan pesta liar.
Source | : | Mental Floss,AFP |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR