Menurut Bunjamin, kalimat yang diucapkan Paus itu berasal dari Yesus sendiri. Kalimat itu disampaikan Yesus ketika pertama kali muncul di ruang tempat para murid yang sedang mengalami kejatuhan mental karena merasa dunia telah kacau—setelah Yesus wafat.
Kalimat "Damai sejahtera bagi kalian semua" ini menurutnya mampu memberikan harapan dan seakan-akan mengajak kita semua untuk tetap berjuang di tengah situasi krisis—baik itu krisis moral, krisis ekonomi, krisis politik, maupun krisis sosial. "Harapan dan perjuangan harus terus dilanjutkan. Kita semua adalah duta perdamaian dan duta damai sejahtera," kata Bunjamin.
Selain itu Paus juga mengatakan, "Mari kita berjalan bersama kembali." Kalimat ini juga mencerminkan kerendahan hatinya bahwa menjadi Paus bukan berarti harus berjalan sendiri, melainkan bersama umatnya.
Bunjamin menambahkan bahwa dalam perayaan ekaristi pertama bersama dengan para kardinal, Paus Leo XIV menyampaikan pengantar dalam bahasa Inggris. Apabila kita terjemahkan, bermakna, "Mari, para Bapak Kardinal, berjalanlah bersama dengan saya. Saya tidak bisa berjalan sendiri. Saya membutuhkan para Bapak Kardinal untuk menggembalakan gereja dan membawa perdamaian."
Ajakan ini tidak hanya ditujukan kepada para kardinal. Akan tetapi juga kepada seluruh Gereja Katolik dan semua orang yang menginginkan terwujudnya dunia yang lebih damai. "Saya kira, figur dan teladan kehidupan serta karya Paus Fransiskus akan kita lihat dalam diri Paus Leo XIV," ujar Bunjamin. "Dengan penerapan kebijakan serta tindakan pastoral yang saya kira disesuaikan dengan situasi sosial dan politik yang dinamis dan berkembang begitu cepat."
Sekitar dua dekade silam, Paus Leo XIV pernah datang ke Indonesia—bukan sebagai Paus, tetapi sebagai Superior Jenderal Ordo Fratrum Sancti Augustini (OSA). Dia mengunjungi Keuskupan Manokwari-Sorong. Menariknya, pada 8 Maret 2025, putra Papua pertama yang terpilih sebagai uskup di Katedral Timika adalah Monsinyur Bernardus Bofitwos Baru, O.S.A. yang berasal dari kongregasi yang sama.
"Ini menjadi nilai tambah bagi kita, karena beliau telah mengenal Indonesia dan mungkin memiliki tempat bagi kita di hatinya," ungkap Bunjamin.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR