Selama beberapa dekade, para paleontolog telah meneliti batuan yang mengandung fosil dinosaurus di Victoria, namun kini mereka juga meneliti spora dan serbuk sari mikroskopis yang berasal dari tumbuhan purba yang hidup di dekat kutub selatan.
Dalam studi terbaru ini, Korasidis dan rekannya Barbara Wagstaff, ahli serbuk sari dan spora dari University of Melbourne, menganalisis hampir 300 sampel dari 48 situs sepanjang pesisir Victoria.
Sampel-sampel tersebut, yang berusia antara 130 hingga 110 juta tahun, memberikan wawasan tentang evolusi hutan dan dataran banjir tempat dinosaurus hidup.
Temuan mereka, beserta rekonstruksi visual pertama tentang lanskap kutub pada zaman Kapur Awal, diterbitkan pada 7 Mei di jurnal Alcheringa.
Hasil studi menunjukkan bahwa hutan kuno didominasi oleh konifer di bagian kanopi, sementara lapisan bawah dipenuhi oleh pakis seperti Cyatheaceae (pakis pohon bersisik), Gleicheniaceae (pakis bercabang), dan Schizaeaceae (pakis primitif lainnya).
Sekitar 113 juta tahun lalu, tanaman berbunga mulai muncul dalam jumlah besar, sejalan dengan kemunculan global mereka. “Kemunculan tanaman berbunga di lanskap menyebabkan banyak spesies tanaman bawah hutan punah,” tulis Korasidis.
“Akibatnya, pada sekitar 100 juta tahun lalu, hutan di Victoria memiliki kanopi terbuka yang masih didominasi konifer, namun lapisan bawahnya terdiri dari tanaman berbunga, pakis, lumut hati, lumut tanduk, likofit, dan lumut mirip sphagnum.”
Perubahan vegetasi ini kemungkinan memengaruhi pola makan dinosaurus, di mana pada akhir periode Kapur, banyak spesies yang mulai mengonsumsi tanaman berbunga, menurut laporan dari Smithsonian Magazine.
Dengan rekonstruksi ini, para ilmuwan tak hanya memberi gambaran visual tentang seperti apa lingkungan tempat dinosaurus kutub hidup, tetapi juga membuka jendela baru untuk memahami bagaimana makhluk purba ini mampu bertahan dalam kondisi ekstrem.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR