Bangkai kapal Dokos berasal dari sekitar tahun 2200 SM, dilihat dari muatan tembikar yang dibawanya. Bangkai kapal ini ditemukan oleh Throckmorton pada tahun 1975 pada kedalaman 15 hingga 30 meter di dekat Pulau Dokos di Yunani. Bangkai kapal ini digali oleh Hellenic Institute of Maritime Archaeology dari tahun 1989 hingga 1992.
Muatan keramik dari bangkai kapal yang terkenal ini meliputi cangkir, vas, kendi, perahu saus, dan barang-barang rumah tangga lainnya. Muatan itu mungkin untuk diperdagangkan di sepanjang pantai dan pulau-pulau. Menarik untuk dicatat bahwa keramik seperti perahu saus berasal dari tujuh wilayah berbeda di Yunani.
Dan semuanya berasal dari sebelum penggunaan roda tembikar. Serta bersamaan dengan penggunaan roda tembikar oleh bangsa Minos. Selain dari kumpulan tembikar terbesar yang ditemukan hingga saat ini, bangkai kapal yang terkenal itu juga membawa batangan timah untuk diperdagangkan.
5. Bangkai kapal Uluburun dan muatan internasionalnya yang luar biasa
Sekitar 3.400 tahun yang lalu, sebuah kapal kargo berlayar di suatu tempat di Laut Aegea. Cuacanya mendukung dengan angin yang cukup kencang — hari yang cerah dan indah di laut biru yang biru. Garis-garis kokoh dari kapal kayu cedar yang berharga itu dibentuk dengan anggun di bawah bentangan layar tunggal yang lebar. Kemudian badai datang tepat saat matahari terbenam.
Sang kapten berteriak agar layar digulung. Tiga pelaut Syro-Kanaan dengan cepat melompat ke sana, jaring ikan mereka sudah ditarik dan disimpan. Beberapa penumpang yang ketakutan bergegas ke kabin mereka.
Awak kapal telah melewati banyak badai sebelumnya, tetapi badai ini berbeda. Badai itu merobek dan menghantam kapal yang berderit. Gelombang raksasa menjungkirbalikkan lambung kapal yang menyebabkan kapal menukik tajam dan tidak dapat diselamatkan.
Pada tahun 1982, seorang penyelam spons Turki menemukan benda-benda logam di dasar laut dekat Kas. Benda-benda yang ditemukan itu ternyata adalah batangan tembaga. Institute of Nautical Archaeology memimpin penggalian di lokasi tersebut dari tahun 1984 hingga 1994.
George Bass dan timnya mengidentifikasinya sebagai bangkai kapal dari Zaman Perunggu akhir. Kapal itu digali dengan hati-hati dan sistematis. Semuanya dicatat dengan cermat lapis demi lapis. Saat itu tim sudah sangat ahli dalam mengadaptasi metode arkeologi ke kondisi bawah laut.
Kargo tersebut mencakup barang dagangan dari sedikitnya 7 pelabuhan berbeda. Kargo utama berisi lebih dari 350 batangan tembaga dari Siprus, dan cukup timah dengan rasio yang tepat 10:1 untuk membuat perunggu. Bahan mentahnya meliputi lebih dari 200 batangan kaca dalam berbagai warna termasuk kobalt dan ungu.
Juga bongkahan amber Baltik, 150 toples resin terebinth (digunakan untuk membakar dupa), gading gajah dan kuda nil. Tim juga menemukan cangkang burung unta, kayu hitam Afrika asli, dan dua puluh empat jangkar batu.
Emas dan benda-benda berharga dan mewah lainnya termasuk di antara barang-barang yang diproduksi. “Juga beberapa alat musik,” Gleimius menambahkan lagi.
Barang-barang ini dan barang-barang pribadi lainnya menunjukkan bahwa mungkin ada penumpang di kapal tersebut.
Banyak benda yang ditemukan menimbulkan banyak spekulasi. Seperti cincin emas dengan cartouche nama takhta ratu Mesir yang cantik dan terkenal, Nefertiti, “Neferneferuaten”. Perlu disebutkan bahwa nama dan pribadi Neferneferuaten merupakan bagian dari perdebatan yang rumit dan kontroversial seputar periode Amarna Mesir.
Apakah cincin emas ini bagian dari kiriman besi tua di kapal. Atau merupakan cincin berharga milik utusan kerajaan Mesir? Tanggal yang ditetapkan sejauh ini untuk bangkai kapal dapat berlaku untuk periode Amarna dan segera setelahnya.
Kontroversi terbesar muncul ketika George Bass menerbitkan interpretasinya. Ia menyebutkan bahwa kapal ini dan bangkai kapal di Cape Galidonya berasal dari Timur Tengah, bukan Yunani. Ia mengeklaim bahwa kapal-kapal itu berasal dari Syro-Kanaan.
Ia menegaskan bahwa bangsa Mycenaean bukanlah pedagang utama atau satu-satunya di Aegea pada saat itu. Hal ini membuat George Bass melakukan penyelidikan yang sulit melalui teks-teks kuno, artefak, dan laporan penggalian arkeologi.
George Bass terbukti benar. Dalam proses tersebut, ia juga membuktikan bahwa beberapa deskripsi Homer akurat, yang pernah dianggap sebagai sulaman mistis. Salah satu deskripsi ini berkaitan dengan kapal Odysseus.
Di sana ia meletakkan semak belukar di atas anyaman keranjang sebelum memasukkan muatan ke dalam lambung kapal. Persis seperti yang ditemukan di bangkai kapal. Bangkai kapal di Cape Galidonya dan Uluburun membuktikan sekali lagi bahwa Homer tahu apa yang ia bicarakan.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR