“Jika tak kenal, maka akan ditinggal”
Dr. Destario Metusala, M.Sc. —Juri Pameran Ragam Flora Indonesia dan Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Nationalgeographic.co.id—Hal yang seringkali terpintas di benak saya saat mendengar nama Indonesia adalah belantara hijaunya yang penuh ragam. Wajar saja, keragaman flora negara ini berada di urutan ketiga terbanyak di dunia setelah Brazil dan Cina.
Tak kurang dari 30.466 spesies tumbuhan asli menghiasi kepulauan negeri zamrud khatulistiwa ini, dari ujung barat sampai ke ujung timurnya. Sebuah angka yang akan terus bertambah jumlahnya, mengingat masih luasnya belukar yang belum tersingkap, dengan ribuan jenis barunya yang menanti ‘tuk diungkap.
Saat kita mundur 1.300 tahun ke belakang pun, kepulauan Nusantara ini telah dikenal luas seantero dunia berkat hasil beragam tumbuhan aslinya. Aneka rempah aromatik, mulai dari cengkeh hingga pala, kayu cendana, gaharu, dan laka, serta kemenyan, telah menjadi primadona perdagangan mancanegara. Semerbak keharuman eksotis khas Nusantara telah menyebar ke berbagai penjuru benua.
Begitu tinggi apresiasi masyarakat Nusantara kuno terhadap keragaman tumbuhan yang ada di sekitarnya. Mereka tak hanya memanfaatkan, namun juga melestarikan. Tumbuhan menyediakan hampir segalanya, tak hanya sumber pangan dan papan saja, namun juga obat tradisional, sarana upacara, serat pakaian, alat tulis, hingga sumber minyak lampu penerangan.
Tidaklah heran jika lebih dari 60 spesies tumbuhan terpahat dengan cermat dan akurat pada relief dinding Candi Borobudur dari abad ke-8 Masehi. Bukti bahwa mereka tidak hanya mengenali, namun juga memahami. Sebuah karya ilustrasi otentik wujud aktualisasi dari rasa cinta, bangga, dan syukur atas beragam tumbuhan yang lestari di bumi Nusantara. Rasa yang terpupuk dari interaksi lahiriah dan batiniah masyarakat kuno dengan tumbuhan di sekitarnya. Hubungan tulus yang akan terus langgeng hingga ke masa modern nanti.
Kini, ruh semangat yang sama telah dihadirkan kembali dalam sebuah wahana pameran bertajuk "Khazanah Alam Nusantara". Momen di mana akan ditampilkan 65 karya ilustrasi botani otentik, hasil interaksi dan komunikasi yang tulus antara 43 seniman dengan 71 spesies tumbuhan asli Nusantara.
Melalui ilustrasi botani, kita akan dimudahkan untuk mengenal keunikan dan sisi lain dari suatu spesies tumbuhan, yang mungkin sehari-hari kita abaikan. Entah karena bunganya yang terlalu kecil, posisi buahnya yang jauh di bagian atas tajuk, atau karena lokasi tumbuhnya yang sulit dijangkau.
Source | : | Indonesian Society of Botanical Artists |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR