Pemanasan air laut itu telah membuat ikan-ikan berenang menjauh. "Bisakah kita membuat teknologi yang bisa menjaga suhu di perairan tertentu tetap stabil? Atau bisakah kita melakukan rekayasa genetik sehingga membuat ikan-ikan lebih tahan terhadap air yang lebih panas?"
Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia, punya pengalaman mengenai teknologi nyata yang mampu menekan laju pengurangan keanekaragaman hayati di Indonesia. Nama teknologi itu adalah pinger, dibuat oleh ilmuwan konservasi Danielle Kreb dan Budiono di Kalimantan Timur.
"Teknologi itu mampu mencegah kematian pesut mahakam dari ancaman terjerat jaring nelayan," katanya.
Namun selain mengakui pentingnya teknologi, Didi juga menambahkan pentingnya menerapkan kearifan lokal yang terus dilestarikan oleh masyarakat adat. Kita perlu mengadopsi kearifan lokal seperti sasi untuk mengelola sumber daya laut dan pesisir kita. "Perlindungan dan pengelolaan alam akan lebih melibatkan masyarakat lokal setempat."
Lebih jauh, Didi juga mengajak kita semua lewat gerakan SayaPilihBumi untuk mulai berbuat nyata mendukung kelestarian Bumi sekaligus saling menyatukan dan menguatkan gerakan tersebut. "Kita banyak aksi yang kecil-kecil dan sporadis. Hari ini yang kita butuhkan satu desakan yang berkesinambungan," ujar Didi.
Maureen R. Tuahatu, Ketua Yayasan Sahabat Peduli Bumi, juga sepakat bahwa kita harus menjadikan diri kita "sebagai orang yang berbuat." Bukan hanya menunggu dan berpikir akan ada orang lain saja yang melestarikan Bumi.
Jangan sampai kita menganggap segala bencana seperti banjir sungai dan rob, amblesnya tanah, naiknya muka air laut dan sebagainya sebagai sesuatu yang sudah biasa. "Seolah-olah kita tidak mau berbuat memperbaikinya," ujarnya.
"Kita butuh pantai. Kita butuh pesisir kita," tegasnya. Oleh karena itu kita perlu menjaganya.
Salah satu cara yang dilakukan Maureen adalah menghimpun gerakan baik pelestarian pesisir melalui kerja sama antara Yayasan Sahabat Peduli Bumi dengan National Geographic Indonesia. Maureen berseru, "Kita jaga Bumi, Bumi jaga kita."
Akhirnya, Mahandis Yoanata Thamrin, Managing Editor National Geographic Indonesia yang menjadi moderator dalam talkshow ini, merangkum ucapan para pembicara bahwa jelas kawasan pesisir kita rentan terhadap bencana.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR